EjB3vSKmQo697EadCV9cGlL38GnDuoUNUgLqklCB
Bookmark

Mengenal Jenis-Jenis Pola Asuh Otoriter, Ciri-Ciri Serta Dampak Positif Dan Negatif Dari Pola Asuh Otoriter

Jenis-jenis pola asuh sangat beragam apabila kita ingin melihatnya secara teoritis, sehingga ada kalanya hal ini membuat kita sebagai orang tua sulit dalam memahami atau memilih pola asuh yang harus diterapkan kepada anak-anak.

Dari sekian banyak jenis pola asuh tersebut alangkah baiknya kita mengenal salah satu jenis pola asuh. Sehingga kita dapat memilih apa yang terbaik bagi perkembangan anak-anak, selain itu kita juga harus mengenal jenis pola asuh yang lebih banyak dampak negatifnya daripada positif.

Mengenal Jenis-Jenis Pola Asuh Otoriter, Ciri-Ciri Serta Dampak Positif Dan Negatif Dari Pola Asuh Otoriter
Gambar. Mengenal jenis-jenis pola asuh otoriter, ciri-ciri serta dampak positif dan negatif dari pola asuh otoriter. Sumber. pixabay.com

Jenis pola asuh tersebut adalah kedua orang tua yang menerapkan gaya atau suatu pola yang bersifat kaku dan ketiadaan kebebasan kepada anak, jenis pola asuh ini adalah pola asuh otoriter.

Untuk itu pada pembahasan ini kita akan mencoba mengenal lebih jauh tentang pola asuh otoriter berdasarkan pada pengertian yang diberikan oleh para ahli. Di sisi lain kita juga akan mengenal ciri-ciri pola asuh otoriter, serta dampak positif dan negatif dari pola asuh otoriter.

Pengertian Pola Asuh Otoriter Menurut Para Ahli

Apa itu pola asuh otoriter dan bagaimana para ahli memberikan pengertian tentang orang tua dengan pola asuh otoriter? Untuk menjawab pertanyaan ini ada beberapa penjelasan yang diberikan oleh para ahli, sebagaimana yang akan diuraikan yaitu sebagai berikut:

  • Menurut Santrock (2011) 

Pola asuh otoriter didefinisikan sebagai suatu gaya atau cara pola asuh orang tua yang cenderung membatasi dan menghukum anak-anak, karena mereka terus dipaksa untuk mengikuti pengarahan dari orang tua dan wajib menghormati pekerjaan dan upaya mereka.

  • Hurlock (1980) 

Pola asuh otoriter diartikan sebagai uapaya pengasuhan orang tua yang penuh dengan kedisiplinan pada anak, hal ini juga sering disebut bersifat tradisional. Dalam pola asuh ini orang tua cenderung mendominasi dengan menerapkan peraturan-peraturan, sehingga anak harus patuh tanpa penjelasan dan tenggapan, serta kebebasan anak menjadi ditiadakan.

  • Menurut Baumrind (1966)

Pola asuh otoriter adalah cara pengasuhan orang tua yang cenderung lebih pada menghukum, otoritas orang tua yang tinggi, dan penuh kedisiplinan. Kemudian seorang anak juga diwajibkan patuh tanpa tanggapan dan kebebasan anak dalam berekspresi.

  • Shapiro (1992:27)

Pola asuh otoriter adalah cara orang tua menjalankan pengasuhan pada anak bedasarkan pada struktur dan tradisi, serta seringkali penuh aturan dan pengawasan yang cenderung membuat anak terbebani. Dalam pola asuh otoriter orang tua menjadi sangat berkuasa dan anak-anak diharuskan patuh pada perintah mereka.

  • Menurut Dariyo (2011: 207)

Pola asuh otoriter adalah cara atau gaya pengasuhan mulai dari ucapan atau perkataan orang tua telah menjadi aturan dan patokan, yang harus dipatuhi oleh anak-anak. Jenis pola asuh ini lebih suka menerapkan hukuman agar anak-anak menjadi lebih taat terhadap orang tua.

  • Riberio (2009)

Pola asuh otoriter pada umumnya membuat anak-anak menjadi patuh dan mahir atau pandai dalam sesuatu hal, tapi mereka memiliki peringkat yang rendah dalam kebahagiaan, kompetensi sosial dan harga diri. Anak cenderung kurang memiliki kontrol diri, harga diri rendah dan kurang kompeten dibandingkan dengan temantemannya.

Baca Juga:

Ciri-Ciri Pola Asuh Otoriter

Penjelasan mengenai pengertian pola asuh otoriter berdasarkan pengertian para ahli, mungkin dapat diharapkan memberikan kita sedikit gambaran atau pemahaman tentang apa itu pola asuh otoriter. Namun kita juga harus mengenal apa saja ciri-ciri dari pola asuh otoriter?

Mengenai hal itu terdapat beberapa ciri-ciri tentang pola asuh otoriter yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah Baumrind (dalam Syamsu Yusuf: 2005) yang memberikan keterangan tentang ciri-ciri pola asuh orang tua yang otoriter, yang pertama adalah sikap orang tua yang cenderung menghukum anak secara fisik. 

Kedua, orang tua juga cenderung bersikap pada anak dalam melakukan sesuatu menjadi keharusan maupun perintah, yang kemudian tidak bisa lagi dikompromi oleh anaknya. Ketiga, mereka juga kaku dalam bersikap. Keempat, orang tua cenderung bersikap menolak dan juga terlalu emosional.

Di sisi lain menurut Syaiful Bahri Djamarah (2004: 18-20) ciri-ciri orang tua dengan pola asuh otoriter adalah orang tua mendahulukan kepentingan pribadi dari pada kepentingan anak. Bahkan orang tua kurang memberi kepercayaan untuk anak melakukan sesuatu, dan orang tua kurang memberikan hak untuk anak mengeluarkan pendapat dan mengutarakan perasaannya.

Tidak hanya itu masih ada ciri-ciri pengasuhan otoriter yang dapat dipahami, sebagaimana menurut Hurlock (dalam Ethes: 1993) yang mengungkapkan bahwa 5 ciri-ciri pengasuhan orang tua otoriter, yaitu akan dikemukakan sebagai berikut:

  1. Orang tua cenderung membuat perintah pada anak untuk patuh terhadap kehendak mereka.
  2. Sering memberikan hukuman fisik kepada anak. 
  3. Kurang memberikan dukungan ketika anak mencapai prestasi. 
  4. Pengontrolan terhadap tingkah laku anak sangat ketat. 
  5. Kurang adanya komunikasi yang baik terhadap anak.

Aspek-Aspek Pola Asuh Otoriter 

Apa saja aspek-aspek dari pola asuh otoriter? Untuk mengetahui hal ini, maka ada beberapa yang telah diuraikan oleh para ahli salah satunya adalah menurut (Robinson et al., 1995) yang mengungkapkan bahwa pengasuhan atau paranting otoriter memilki aspek-aspek sebagai berikut:

1. Verbal Hostility 

Sikap orang tua memarahi, berteriak atau membentak kepada anak, dan tindakan-tindakan yang menandakan tidak adanya persetujuan dengan anaknya seperti beradu mulut dengan anaknya. 

2. Corporal Punishment 

Menggunakan hukuman fisik yang dilakukan orang tua terhadap anak untuk mendisiplin anak, seperti memukul, menampar menghukum anak tanpa alasan yang jelas, memaksa anak ketika anak tidak patuh. 

3. Nonreasoning Punitive Strategies 

Dalam aspek ini menggambarkan orang tua cenderung menghukum anak tanpa ada alasan yang jelas, hukuman itu dilakukan seperti menelantarkan anak mereka sendirian di suatu tempat. Ketika melakukan perkelahian dengan sesamanya, maka orang tua menghukumnya tanpa bertannya alasan atau penyebabnya.

4. Directiveness 

Dalam aspek ini hubungan orang tua dengan anak cenderung memaksakan pada kehendak dari orang tua dan bukan berdasarkan pada kebutuhan anak. Bahkan perilaku mereka cenderung mengkritik, menyela, dan memarahi anak apabila apa yang dilakukan tidak sesuai dengan keinginan dan ketetapan yang sudah ditetapkan oleh orang tua.

Dampak Pola Asuh Otoriter

Apa dampak pola asuh otoriter pada anak? Yaitu terdapat dampak positif dan negatif. Sebagaimana yang diuraikan oleh (Sari, 2020) tentang penelitiannya bahwa dampaknya sangat berpengaruh pada kehidupan sosial anak, adapun positifnya adalah cenderung mempunyai tanggung jawab serta kompetensi.

Sedangkan dampak negatif pola asuh otoriter dalam kehidupan sosial anak adalah banyak anak yang tidak memiliki kepercayaan diri serta bersikap menarik diri, anak melawan karena merasa tidak ada peluang atau kebebasan untuk meyampaikan pendapat. 

Tidak hanya itu menurut (Mardiah dan Syahrul Ismet, 2021) juga menuraikan hasil penelitian yang dilakuakn oleh Zukhri dan Suryani, bahwa dampak negatif dari pola asuh otoriter terhadap anak adalah tidak percaya diri, tidak bisa bergaul dengan teman sebaya dan kurangnya inisiatif.

Kemudian menurut Wulanda (2018) juga mengatakan bahwa pola asuh tersebut juga cenderung tidak mengingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan bimbimbingan yang diberikan oleh orang tua juga sedikit, sehingga disukai oleh anak. Sedangkan menurut Bumris (dalam Siraj, 2020: 169) dampak pola asuh otoriter pada anak adalah sebagai berikut:

  • Anak memiliki sifat tidak gembira, 
  • Anak cenderung bimbang, mempunyai keyakinan diri yang rendah, 
  • tidak bisa berdikari, kurang inisiatif, 
  • Yang teakhir adalah kurang bersosialisasi 

Referensi

Agoes, Dariyoh. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. (Bojongkerta: Ghalia Indonesia, 2004) h. 97.


Elizabeth B. Hurloch. 1995. Perkembangan Anak Jilid 1, (Jakarta: PT Pratama Aksara, 1995), h.100.


Hurlock, EB. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.


Mardiah, Lisda Yuni and Syahrul Ismet. 2021. “Dampak Pengasuhan Otoriter Terhadap Perkembangan Sosial Anak.” JCE (Journal of Childhood Education) 5 (2021).


Mardiah, Lisda Yuni, and Syahrul Ismet. 2021.  “Dampak Pengasuhan Otoriter Terhadap Perkembangan Sosial Anak.” JCE (Journal of Childhood Education) 5 (2021). 


Robinson,c.c., Mandleco, b., olsen, s. f., & hart, c. h. 1955. Authoritative, authoritarian, and permissive perentig practices: development of a new measure. Psychological reports 77,819-830.


Syaiful Bahri Djamarah. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.


Santrock, J. W. 2011. Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika.


Siraj, Saedah. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2020. 


Wulanda, Aditya Azis. 2018. “Penerapan Pola Asuh Otoriter Pada Anak (Studi Kasus Pada Kader Posyandu Di Desa Kawungluwuk Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang),” JURNAL TUNAS SILIWANGI Vol.4 (2018). 

Post a Comment

Post a Comment