EjB3vSKmQo697EadCV9cGlL38GnDuoUNUgLqklCB
Bookmark

Teori Cinta Erich Fromm: Berikut Ini Pengertiannya, 4 Unsur-Unsur Cinta dan 5 Jenis Cinta Menurut Erich Fromm

Cinta adalah istilah yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari baik itu berupa ucapan yang keluar pada orang membangun hubungan asmara, pertemanan dan kekeluargaan. 

Di sisi lain dalam kehidupan sehari-hari istilah ini dianggap sebagai ungkapan modus pada seseorang, tidak bermakna. Selain itu kata cinta seakan-akan tidak layak diperbincangkan secara ilmiah.

Teori cinta Erich Fromm, 4 unsur-unsur cinta dan 5 jenis-jenis cinta menurut Erich Fromm
Gambar. Teori cinta Erich Fromm, 4 unsur-unsur cinta dan 5 jenis-jenis cinta menurut Erich Fromm. Sumber. pixabay.com

Padahal banyak pakar yang membicarakan cinta sebagai landasan teoritis untuk memecahkan persoalan manusia. Salah satunya adalah Erich Fromm, yang merupakan tokoh psikologi humanistik.

Untuk itu dalam pembahasan kali ini adalah upaya memahami istilah cinta dari perspektif teoritis yang dikembangkan oleh Erich Fromm, yaitu tentang apa itu cinta? unsur-unsurnya, serta jenis-jenis cinta menurut Fromm.

Pengertian Cinta Menurut Erich Fromm

Apa itu cinta? Fromm (2018: 35) menyebutnya sebagai aktivitas dan bukan efek pasif, selain itu arti cinta berdasarkan pada kepribadian atau karakter. Adapun yang dimaksud dengan karakter aktif cinta adalah tindakan memberi dan bukanlah menerima. 

Di sisi lain Fromm memandang cinta sebagai suatu seni, yang harus terus belajar atau dilatih oleh individu dalam kehidupannya. Apa yang harus dilatih adalah tindakan atau sikap memberi sebagai bentuk pengembangan kepribadian produktif kita.

Memberi dapat diartikan sebagai mengada atau tindakan aktif dari contoh orientasi kepribadian yang produktif. Sedangkan menerima atau mempunyai adalah bentuk dari orientasi kepribadian yang nonproduktif.

Bagi orang dengan orientasi karakter produktif, memberi berarti memilki makna yang sepenuhnya berbeda. Karena memberi ialah ungkapan potensi tertinggi seseorang, dan dalam memberi aku merasakan kekuatan, kemakmuran, kuasanya (Fromm, 2018: 36). 

Sedangkan individu dengan orientasi karakter nonproduktif atau disebut juga menerima, memilki dan mempunyai. Merupakan jenis karakter dalam konteks cinta ia menganggap memberi hanyalah membuat dirinya miskin.

Sehingga arti cinta yang berdasarkan pada karakter  terdapat makna yang berbeda-beda, serta memberi dampak yang berbeda juga antara dirinya dan orang lain. Karena cinta adalah memberi dan bukan menerima maka hal itu sangat berkaitan dengan kepribadian.

Di sisi lain memberi dalam cinta dengan individu yang berorientasi karakter produktif, menjadikan tindakan memberi sebagai potensi atau kekuatan yang dimilikinya untuk diungkapkan pada apa yang dicintai. 

Dengan kata lain jika kita mencintai sesuatu, berarti itu merupakan potensi kita sebagai manusia yang produktif dalam menggunakan kekuatan kemanusiaan kita untuk diberikan kepada siapa dan apa saja yang dicintai.

Lingkup yang paling penting bukanlah memberi materi, melainkan pada lingkup kemanusiaan secara spesifik atau yang diberikan manusia pada sesamanya seperti mencurahkan atau menyumbangkan apa yang paling berharga untuk orang lain, (Fromm, 2018: 38).

Contoh yang diberikan Fromm yaitu memberikan kegembiraan, perhatian, pengertian, dan pengetahuannya serta seluruh ungkapan perwujudan dari yang hidup di dalam dirinya, sehingga saat memberi dia memperkaya orang lain, meningkatakan rasa hidup orang lain dengan meningkatkan rasa hidupnya sendiri.

Berdasarkan pada konsep kepribadian produktif, maka makna cinta dalam pengertian Fromm adalah cinta itu harus produktif. Lantas bagaimana memahami maksud dari cinta produktif tersebut? 

Cinta produktif mempunyai syarat akan adanya unsur-unsurnya, dan memahami beberpa objek cinta yang menjadi pokok pembahasan tentang apa dan siapa dicintai. Untuk itu hal ini akan diuraikan dalam pembahasan berikutnya.

4 Unsur-Unsur Cinta Menurut Erich Fromm

Pada pembahasan sebelumnya kita telah menguraikan bahwa makna cinta yang dimaksud oleh Erich Fromm adalah berdasarkan pada orientasi kepribadian produktif, atau sikap mengada (being) pada saat yang sama digunakan juga istilah memberi.

Dari dasar kepribadian inilah menjadikan makna cinta itu harus produktif, yang adanya unsur-unsur cinta sebagai syarat dalam cinta produkitf. Untuk itu dalam pembahasan ini kita akan melihat bagaimana Erich Fromm membicarakan hal tersebut.

Fromm (2020: 129) menjelaskan bahwa cinta produktif mengandaikan adanya perhatian atau perlindungan dan rasa tanggung jawab, dalam arti selalu kerja keras memperhatikan kehidupan serta pertumbuhan atau perkembangan yang dicintainya. 

Artinya, cinta dalam ungkapan memberi membuat apa yang dicintai dapat tumbuh dan mengembangkan mereka. Karakter aktif dari cinta memiliki elemen atau unsur-unsur memberi yang pertama adalah perhatian, tanggung jawab, rasa hormat dan pengetahuan yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Perhatian

Cinta yang berarti perhatian paling tampak dalam cinta ibu pada anaknya. Yang memiliki semboyan “cinta adalah kepedulian aktif pada kehidupan dan pertumbuhan yang kita cintai itu.” Orang yang mencintai apa yang diusahakannya dan mengusahakan apa yang dicintainya. 

2. Tanggung Jawab 

Tanggung jawab tidak hanya berarti menjalankan kewajiban, namun dalam arti yang sebenarnya dari tanggung jawab adalah sukarela; tanggapanku atas kebutuhanku, terang-terangan maupun tidak, pada keberadaan manusia lain. 

Bertanggung jawab artinya sanggup dan siap untuk tanggap. Dia merasa bertanggung jawab atas sesamanya, seperti dia merasakan tanggung jawab pada dirinya sendiri.

3. Rasa Hormat

Hormat bukanlah rasa takut dan kagum; melainkan, sesuai akar katanya (respierce = memandang), kemampuan untuk memandang seseorang sebagaimana dirinya sendiri, menyadari kekhasannya sebagai individu. Hormat berarti peduli bahwa orang lain harus bertumbuh dan berkembang sebagai dirinya. 

Rasa hormat oleh itu tidak memanfaatkan orang lain, melainkan menginginkan orang yang dicintai itu tumbuh dan berkembang demi dirinya sendiri, serta dalam caranya sendiri, dan bukan untuk melayaniku.

4. Pengetahuan

Pengetahuan sebagai aspek cinta adalah pengetahuan yang tidak tinggal di permukaan, tetapi merasuk ke dalam inti. Perhatian, tanggung jawab, dan rasa hormat menjadi buta tanpa adanya pengetahuan. 

Karena untuk melakukan hal tersebut membutuhkan pengetahuan tentang orang yang dicintai sehingga dapat membuat respon dan tanggapan yang tepat. 

Untuk itu dengan pengetahuan seseorang dapat memahami apa yang dibutuhkan dan menanggapi atau merespon sebagai upaya memenuhi kebutuhan pada apa yang dicintainya.

Baca Juga:

5 Jenis-Jenis Cinta Menurut Erich Fromm

Fromm (2020:125) Cinta sejati mengakar dalam keproduktifan, dan barangkali lebih tepat disebut cinta produktif, entah itu cinta ibu terhadap anaknya, cinta kita kepada manusia atau cinta erotik antara dua individu. 

Dalam hal ini ada beberapa objek cinta yang dikemukakan oleh Fromm, yaitu cinta persaudaraan, cinta keibuan, cinta erotis, cinta diri sendiri, dan cinta terhadap Tuhan. Hal ini kemudian menjadi jenis-jenis cinta dalam konsep Erich Fromm, dan akan dijelaskan sebagai berikut: 

1. Cinta Persaudaraan

Cinta persaudaraan yaitu cinta di antara sesama dan berdasar bahwa kita semua adalah satu walaupun memiliki perbedaan-perbedaan, namun ada pengalaman kesatuan dengan segala solidaritas manusia.

Selain itu cinta terhadap sesama mengajarkan orang yang mencintai dirinya sendiri juga akan mencintai orang yang membutuhkan bantuan, orang lemah, dan makhluk manusiawi yang tidak aman (Fromm, 1987:57).

2. Cinta Keibuan

Merupakan sikap cinta yang tanpa sarat, digambarkan seperti seorang ibu yang mencintai anaknya maka dia juga akan mencintai anak-anak yang lain. Di sisi lain cinta keibuaan ialah sikap yang menanamkan ke dalam si anak cinta akan kehidupan dan keberadaannya di dunia ini. 

3. Cinta Erotis

Cinta erotis mendambakan peleburan sama sekali, penyatuan dengan pribadi lain dan bersifat esklusif, dalam arti bahwa dapat meleburkan diri sepenuhnya dan sesungguhnya (dengan mendalam) hanya dengan satu pribadi dalam segala aspek hidup (Fromm, 1987:61-63). 

4. Cinta Diri Sendiri

Cinta diri sendiri bukanlah mementingkan dirinya sendiri dan tidak peduli atau perhatian pada orang lain, melainkan cinta akan diriku sendiri berhubungan secara tak terpisahkan dengan cinta akan makhluk lain apapun.

Sebab mencintai seseorang adalah mewujudkan dan memusatkan kekuatan untuk mencintai, dan cinta akan satu pribadi demikan juga menunjukan cinta akan manusia. Karena individu yang mampu mencintai secara produktif, maka ia mencintai dirinya dan juga orang lain, (Fromm, 1987:67)

5. Cinta Terhadap Tuhan

Cinta terhadap Tuhan, merupakan bentuk cinta yang religius, yang memahami Allah sebagai nilai tertinggi, kebaikan yang paling didambakan, dan merupakan suatu pengalaman perasaan yang hebat akan kesatuan serta menghubungkan secara tak terpisahkan dengan ungkapan cinta Allah dalam tindakan hidup, (Fromm, 1987:71-89).

Kesimpulan

Dengan demikian cinta merupakan sikap kemanusiaan seseorang dalam menunjukan potensi dirinya yang produktif. Sedangkan individu nonprodukif merupakan ketidakmampuan dalam mencintai.

Untuk menerapkan cinta produktif Erich Fromm, maka kita harus mengedepankan sikap memberi sebagai wujud kepribadian yang produktif dan bukan menerima atau nonproduktif.

Di sisi lain karena cinta juga dipandang sebagai suatu seni yang harus dilatih terus menerus, sehingga keadaan ini membuat seseorang terus dalam belajar sebagai pengembangan kepribadiannya. Selain itu untuk menuju pada cinta yang produktif juga harus adanya unsur-unsur cinta sebagai syaratnya.

Unsur-unsur cinta seperti perhatian, tanggung jawab, rasa hormat dan pengetahuan yang menjadi suatu seni yang terus dilatih dalam proses mencintai. Setiap pribadi yang produktif mampu memahami dan melatih hal tersebut pada objek cinta yang mereka maksud seperti cinta persaudaraan, keibuan, erotis, diri sendiri dan cinta terhadap Tuhan.

Referensi

Alwilsol, 2017. Psikologi Kepribadian, Cetakan Keempat Belas, UMM Press, Malang.       


Fromm, Erich. 1987. Seni Mencinta. Cetakan Kedua. PT. Bunda Karya, Jakarta.


Fromm, Erich. 2018. The Art of Listening: Kritik Atas Psikoanlisis Sigmund Freud. Cetakan Pertama, Imortal Publishing dan Octopus, Yogyakarta.


Fromm, Erich. 2020. Man for Himself: Manusia Untuk Dirinya Sendiri. Cetakan Pertama, IRCiSoD, Yogyakarta.


Post a Comment

Post a Comment