EjB3vSKmQo697EadCV9cGlL38GnDuoUNUgLqklCB
Bookmark

Teori Cinta Segitiga (triangle love theory) Sternberg: Berikut ini 3 Komponen Cinta dan 8 Jenis Cinta Menurut Sternberg

Cinta adalah istilah yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari baik itu pada pasangan, teman, keluarga dan seterusnya. Namun istilah cinta seringkali dibuat sedemikian tidak berarti dan seakan mudah diucapkan siapa saja, temasuk orang munafik menjadikan gombalan modus 'predator.'

Padahal istilah cinta adalah salah satu konsep penting dalam persoalan hubungan baik itu hubungan personal maupun sosial, dan menjadi pembahasan penting dari beberapa para ahli psikologi.

Salah satunya adalah Robert Jeffry Sternberg yang merupakan pakar psikologi dari Amerika Serikat, yang sangat populer dengan teorinya mengenai teori segitiga cinta (triangle love theory). Untuk itu ada pentingnya belajar memahami istilah cinta secara teoritis.

Teori Cinta Segitiga (triangle love theory) Sternberg: Berikut ini 3 Komponen Cinta dan 8 Jenis Cinta Menurut Sternberg
Gambar. Teori Segitiga Cinta menurut Sternberg. Sumber. pixabay.com

Sehingga cinta dalam praktiknya dalam kehidupan tidak menjadikan sebagai obrolan-obrolan sia-sia. Untuk itu dalam pembahasan kali ini akan menguraikan beberapa teori segitiga cinta dari Sternberg, komponen-komponen cinta, serta jenis-jenis cinta menurut Sternberg.

3 Komponen-Komponen Cinta Menurut Sternberg

Lantas bagaimana pandangan Sternberg tentang cinta? Terdapat beberapa komponen-komponen cinta yang harus dipahami, yakni ada tiga yaitu: keintiman (intimacy), hasrat (passion), dan komitmen (commitment) (Sternberg, 2009). 

Apabila ketiga kompenen cinta tersebut terpenuhi secara seimbang, maka menurut Sternberg akan terbentuk sebuah cinta yang sempurna dan memberikan pengaruh pada suatu hubungan. Ketiga komponen cinta menurut Sternberg akan diuraikan sebagai berikut:

1. Keintiman (Intimacy)

Menurut Robert J. Sternberg, intimacy (kedekatan emosional) adalah salah satu dari tiga komponen cinta dalam Teori Segitiga Cinta Sternberg. Dalam teori ini, Sternberg menggambarkan cinta sebagai kombinasi dari tiga komponen dasar, yaitu intimacy, passion (gairah), dan commitment (komitmen).

Sternberg (1997) mendefinisikan intimacy adalah perasaan dalam suatu hubungan yang mendorong adanya kedekatan, keterikatan, dan kelekatan sehingga menimbulkan rasa nyaman dan hangat dalam suatu hubungan.

Intimacy mengacu pada tingkat kedekatan emosional, ikatan, dan saling terhubung dengan pasangan. Ini mencakup faktor-faktor seperti rasa kepercayaan, keterbukaan, dan kemampuan untuk berbagi pikiran, perasaan, dan pengalaman intim dengan pasangan. Intimacy juga melibatkan penerimaan dan dukungan emosional yang mendalam antara dua individu.

Intimacy tidak hanya berkaitan dengan aspek romantis dalam hubungan, tetapi juga melibatkan kedekatan dan ikatan emosional yang kuat dalam hubungan persahabatan. Ini mencakup keinginan untuk berbagi dan merawat perasaan serta kebutuhan psikologis pasangan.

Dalam Teori Segitiga Cinta Sternberg, intimacy bersama dengan passion dan commitment dianggap sebagai elemen penting dalam membentuk berbagai jenis cinta dan hubungan. Ketiga komponen ini bisa berkombinasi dalam berbagai tingkat dan mempengaruhi jenis cinta yang dirasakan oleh individu.

Sternberg juga mengemukakan bahwa terdapat 10 komponen keintiman (intimcay) yang harus dipahami. Komponen tersebut mempunyai tema besar seperti kesejahteraan, kebahagiaan, menghormati, memahami dan seterusnya. Pembahasan 10 kompenen intimacy akan dibahas secara terpisah.

Baca di sini: Teori Intimcay Sternberg: Berikut Ini Pengertian Intimacy dan 10 Komponen Intimacy Menurut Sternberg.

Penting untuk dicatat bahwa konsep intimacy menurut Sternberg hanya merupakan satu aspek dari dinamika hubungan dan mungkin bervariasi tergantung pada teori atau model yang digunakan oleh pemikir lainnya.

2. Hasrat (Passion)

Komponen passion menurut (Sternberg, 1997) diartikan sebagai suatu hasrat seksual dan intens terhadap orang lain. Dalam arti lainnya istilah ini menggambarkan di dalamnya diliputi suatu kerinduan yang begitu mendalam sebagai upaya untuk bersatu bersama orang yang dicintai, dan itu juga sebagai suatu ekspresi dari suatu hasrat seksual maupun kebutuhan sesksual.

Passion dalam konteks cinta merujuk pada dorongan emosional dan gairah yang intens terhadap pasangan. Ini mencakup komponen-komponen seperti daya tarik fisik, hasrat seksual, keinginan romantis, dan keinginan untuk terlibat secara emosional dengan pasangan. Passion juga melibatkan perasaan kegembiraan, keinginan kuat, dan keintiman fisik dalam hubungan.

Passion memberikan energi dan daya tarik yang kuat dalam hubungan, menciptakan kekaguman dan ketertarikan antara pasangan. Ini juga dapat berhubungan dengan perasaan bergairah, keinginan untuk berbagi keintiman fisik, dan kepuasan seksual dalam hubungan.

Passion menurut Sternberg mengacu pada komponen keinginan, nafsu, dan dorongan seksual dalam sebuah hubungan romantis. Ini melibatkan perasaan daya tarik fisik, keinginan kuat terhadap pasangan, dan energi emosional yang tinggi yang mendorong hasrat dan gairah romantis.

Di sisi lain hasrat atau passion ini dalam cinta seringkali bercamur aduk dengan suatu perasaan keintiman (intimacy), bahkan cenderung saling mendukung. Beberapa fenomena suatu hubungan seringkali yang muncul terlebih dahulu pada lawan jenis adalah hasrat, baru kemudiaan keintiman muncul setelah itu.

Gambaran passion atau hasrat dapat berbentuk seperti aktivitas bercinta, menyentuh, menatap dan sebainya. Oleh karena komponen ini merupakan suatu ketertarikaan fisik dan seksual ketika bersama dengan orang lain, sehingga hal itu mendukungnya. 

Dengan kata lain passion atau hasrat adalah bagian dari elemen fisiologis yang membuat seseorang hanya ingin mendekati orang lain secara fisik, adanya keinginan merasakan sentuhan fisik maupun menikmatinya atau keinginan untuk berhubungan seksual bersama seseorang yang menjadi pasangannya.

3. Komitmen (Commitment)

Komponen ini menurut Sternberg (dalam Nevid et al., 2003) commitment adalah komponen yang merupakan seseorang untuk mempertahankan hubungan atau cinta dalam suatu komitmen.

Commitment menurut Sternberg merujuk pada keputusan sadar dan kesediaan untuk berkomitmen dalam suatu hubungan. Ini mencakup komitmen untuk mempertahankan hubungan dalam jangka panjang, komitmen untuk saling mendukung dan memenuhi kebutuhan pasangan, serta komitmen untuk mencapai tujuan bersama dan membangun masa depan bersama.

Dalam konteks Teori Segitiga Cinta Sternberg, commitment mencerminkan kualitas hubungan yang stabil, di mana pasangan memiliki keinginan dan tekad untuk menjaga hubungan mereka dan memperjuangkan keberlanjutan dan kebahagiaan bersama. Commitment melibatkan dedikasi dan keteguhan untuk mempertahankan hubungan meskipun terjadi tantangan atau kesulitan.

Komitmen artinya dapat juga dipahami sebagai suatu keputusan atau penegasan dalam suatu hubungan untuk terus bertahan sampai akhir. Selain itu Komponen ini menjadi hal yang esesnsial untuk bisa melalui saat-saat sulit dan mengembalikan masa-masa yang lebih baik.

Komitmen dalam konteks cinta terdapat dua aspek, yang pertama yaitu bersifat jangka pendek seperti seseorang membuat keputusan untuk mencintai orang lain. Sedangkan yang kedua sifatnya jangka panjang yaitu seseorang yang membuat komitmen cinta pada orang lain.

Kita dapat memahami kedua aspek dari elemen komitemen dengan gambaran seperti seseorang pertama-tama membuat keputusan seacara sadar untuk mencintai orang lain, kemudian pada tahap berikutnya setiap keputusan itu dibarengi dengan suatu komitmen untuk terus membangun cinta bersama dengan orang lain yang telah diputuskannya.

Dengan memahmi 3 komponen cinta yang diuraikan oleh Sternberg tentunya diharpakan kita dapat membangun cinta atau suatu hubungan yang sehat bersama dengan orang lain baik itu pasangan, teman maupun keluarga serta menghindari berbagai macam bentuk hubungan yang toxic.

Baca Juga:

8 Jenis Cinta Menurut Sternberg

Cinta menurut Sternberg selain mempunyai kompenen-komponen sebagaimana yang telah diuraikan di atas, juga mempunyai beberapa jenis cinta yang dapat diuraikan. Adapun terdapat 8 jenis cinta menurut Sternberg dalam pembahasan ini, yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Non-Love (Tidak Ada Cinta)

Jenis cinta ini bisa dikatakan sebagai tahap awal dalam suatu hubungan, karena dianggap sebagai hubungan yang tidak memiliki ketiga komponen dalam cinta sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Sehingga hanya membentuk suatu ikatan yang biasa-biasa saja dalam setiap interaksinya dengan orang lain.

Dikatakan biasa-biasa saja karena dalam hubungan pada jenis cinta tidak adanya rasa suka, afeksi atau keputusan maupun komitmen. Kita bisa melihat cinta jenis ini misalnya seperti hubunga-hubungan perkenalan atau pada mereka yang dianggap biasa-biasa saja.

2. Liking (Menyukai)

Menurut teori triangular love (cinta segitiga) yang dikemukakan oleh Robert J. Sternberg, rasa suka atau "liking" pada dasarnya merupakan salah satu komponen dalam cinta yang melibatkan unsur keintiman atau intimacyLiking dalam konteks ini berarti merasa dekat, hangat, dan memiliki ikatan emosional yang kuat terhadap seseorang.

Artinya jenis cinta ini dengan perasaan menyukai membuat suatu hubungan hanya melibatkan intimacy atau keintiman, namun belum sampai pada tingkat passion sepenuhnya. Walaupun ada kemunculan passion, namun akan ada perasaan kehilangan pada salah satunya. Kemudian jenis cinta ini juga tidak adanya komitmen dalam hubungan tersebut.

Hubungan cinta ini bisa dikayakan sebagai upaya seseorang yang membuat berinteraksi dengan orang lain yang adanya keintiman. Hal ini terlihat seperti membangun hubungan dengan sesama jenis atau persahabatan dan tidak adanya komitmen, serta maksud dari suatu komitmen di sini adalah tidak ada sesuatu yang ingin dicapai seperti berumah tangga.

Sehingga, penting untuk dicatat bahwa rasa suka menurut Sternberg tidak melibatkan komponen gairah atau passion serta komitmen atau commitment. Liking cenderung lebih menggambarkan perasaan persahabatan atau hubungan yang erat secara emosional, tanpa adanya daya tarik romantis atau seksual, maupun komitmen jangka panjang.

Dalam teori Sternberg, liking menjadi salah satu elemen dasar dalam membangun bentuk-bentuk cinta yang lebih kompleks, seperti cinta romantis, cinta berdasarkan komitmen, atau kombinasi dari semua komponen cinta (intimacy, passion, dan commitment) yang dikenal sebagai consummate love.

3. Infatuation (Cinta Gila)

Menurut Robert J. Sternberg, infatuation (ketertarikan sesaat) adalah salah satu tipe cinta yang terdiri dari komponen passion atau gairah tanpa adanya intimacy (keintiman) atau commitment (komitmen). Dalam infatuation, seseorang dapat merasakan tarikan yang kuat secara seksual atau obsesi terhadap seseorang, tetapi tidak ada hubungan emosional yang mendalam atau komitmen jangka panjang yang terjalin.

Infatuation cenderung bersifat sementara dan seringkali berkembang pada tahap awal suatu hubungan. Hal ini dapat terjadi ketika seseorang terpesona oleh daya tarik fisik atau kepribadian seseorang, tetapi belum membangun ikatan emosional yang dalam atau pemahaman yang mendalam tentang pasangan tersebut.

Sternberg memandang infatuation sebagai bentuk cinta yang lebih dangkal dibandingkan dengan tipe cinta yang melibatkan keintiman dan komitmen yang lebih mendalam. Infatuation seringkali tidak berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan dapat menghilang seiring berjalannya waktu atau ketika seseorang mulai mengenal pasangan dengan lebih baik.

Penting untuk memahami bahwa infatuation bukanlah bentuk cinta yang dianggap ideal dalam teori Sternberg. Infatuation mungkin merupakan tahap awal dalam mengembangkan hubungan yang lebih dalam, tetapi untuk mencapai bentuk cinta yang lebih seimbang dan memuaskan, komponen keintiman dan komitmen juga harus terlibat.

4. Empty Love (Cinta Kosong)

Menurut Robert J. Sternberg, empty love (cinta kosong) adalah salah satu tipe cinta yang terdiri dari komponen commitment (komitmen) tanpa adanya keintiman (intimacy) atau passion (gairah). Dalam empty love, terdapat suatu komitmen atau keterikatan jangka panjang antara dua individu, tetapi keintiman emosional dan gairah romantis telah memudar atau tidak hadir.

Empty love sering kali terjadi dalam hubungan yang telah berlangsung lama, di mana pasangan mungkin tidak lagi merasakan keintiman emosional yang kuat atau gairah romantis yang intens seperti di awal hubungan. Pasangan mungkin tetap bersama karena faktor-faktor seperti tanggung jawab, kewajiban, atau komitmen untuk menjaga kestabilan keluarga atau hubungan.

Sternberg melihat empty love sebagai bentuk cinta yang tidak memadai, karena keintiman dan gairah yang hilang dapat membuat hubungan menjadi dingin, kurang memuaskan, dan tidak memenuhi kebutuhan emosional dan romantis yang mendalam. Dalam teorinya, Sternberg menganggap bentuk cinta yang ideal adalah consummate love, di mana terdapat keseimbangan antara keintiman, gairah, dan komitmen.

Namun, penting untuk dicatat bahwa setiap hubungan memiliki dinamika yang unik, dan empty love tidak selalu berarti bahwa hubungan tersebut tidak memiliki nilai atau tidak dapat berkembang. Dalam beberapa kasus, pasangan dapat bekerja bersama untuk membangun kembali keintiman dan gairah yang telah hilang, mengembalikan kehangatan dan kepuasan dalam hubungan mereka.

5. Romantic Love (Cinta Romantis) 

Menurut Robert J. Sternberg, cinta romantis merupakan salah satu tipe cinta yang terdiri dari dua komponen utama: keintiman (intimacy) dan passion (gairah). Dalam cinta romantis, terdapat kedalaman emosional dan ikatan pribadi yang erat antara dua individu, bersama dengan kehadiran gairah romantis yang kuat.

Keintiman dalam cinta romantis mencakup aspek-aspek seperti saling memahami, mempercayai, dan berbagi emosi dengan pasangan. Ini melibatkan perasaan kedekatan emosional, saling mendukung, dan membentuk ikatan yang kuat. Komponen keintiman ini dapat membantu menciptakan rasa keamanan, kenyamanan, dan saling terbuka dalam hubungan.

Selain itu, passion dalam cinta romantis melibatkan aspek-aspek seperti daya tarik fisik dan seksual, keinginan untuk berdekatan secara romantis, dan gairah yang intens terhadap pasangan. Passion ini dapat meliputi hasrat, keinginan untuk berbagi momen intim, dan kegembiraan yang dihasilkan dari kehadiran pasangan.

Cinta romantis sering terjadi pada tahap awal hubungan, ketika gairah romantis baru muncul dan keintiman emosional sedang tumbuh. Namun, penting untuk diingat bahwa cinta romantis juga dapat berkembang dan berlanjut dalam hubungan jangka panjang jika keintiman dan passion terus dijaga dan diperkuat.

Dalam teori triangular love Sternberg, cinta romantis dapat berbentuk kombinasi dari keintiman dan passion tanpa adanya komitmen (consummate love), atau dapat juga melibatkan ketiga komponen (intimacy, passion, dan commitment) untuk mencapai consummate love yang dianggap sebagai bentuk cinta yang ideal dan penuh keseimbangan.

6. Companionate Love (Cinta Persahabatan)

Cinta persahabatan dalam konteks teori cinta Sternberg lebih berkaitan dengan keintiman (intimacy) daripada gairah (passion) atau komitmen (commitment). Keintiman dalam cinta persahabatan mengacu pada kedekatan emosional, kepercayaan, saling pengertian, dan dukungan yang kuat antara dua individu yang berteman.

Dalam hubungan persahabatan yang penuh cinta, kedua individu dapat berbagi perasaan yang dalam, saling memahami, dan menerima satu sama lain sepenuhnya. Ada rasa kebersamaan yang erat dan saling menghargai antara teman-teman tersebut. Cinta persahabatan didasarkan pada hubungan yang tulus, tanpa ekspektasi romantis atau keinginan untuk memiliki hubungan yang lebih dalam.

Jadi, dalam teori cinta Sternberg, cinta persahabatan dipandang sebagai hubungan yang terutama didasarkan pada keintiman emosional yang kuat antara teman-teman, sementara komponen gairah (passion) dan komitmen (commitment) yang biasanya terkait dengan cinta romantis mungkin tidak terlalu dominan dalam hubungan tersebut.

7. Fatuous Love (Cinta Bodoh)

Menurut teori cinta Robert J. Sternberg, fatuous love adalah salah satu dari tujuh bentuk cinta yang ia identifikasi. Fatuous love terdiri dari komponen gairah (passion) dan komitmen (commitment), tetapi tanpa adanya komponen keintiman (intimacy).

Dalam fatuous love, ada dorongan seksual dan daya tarik fisik yang kuat antara dua individu, namun tidak ada keintiman emosional yang mendalam atau kedekatan yang kuat. Biasanya, hubungan fatuous love didasarkan pada keputusan atau tindakan impulsif, tanpa dasar yang kuat dalam pemahaman emosional yang mendalam atau persahabatan yang kokoh.

Contohnya, seseorang mungkin tergila-gila pada seseorang hanya berdasarkan daya tarik fisik atau kesenangan yang diberikan oleh hubungan tersebut. Mereka mungkin cepat memutuskan untuk menikah atau terlibat dalam hubungan yang serius tanpa membangun hubungan emosional yang dalam atau memiliki pengetahuan yang mendalam tentang pasangannya.

Meskipun fatuous love melibatkan komponen gairah (passion) dan komitmen (commitment), kekurangan keintiman (intimacy) dalam hubungan ini dapat membuatnya menjadi kurang memuaskan dan mungkin rentan terhadap masalah atau ketidakharmonisan jangka panjang.

8. Consummate Love (Cinta Sempurna)

Menurut teori cinta Robert J. Sternberg, consummate love (cinta sempurna) adalah bentuk cinta yang paling diinginkan dan ideal. Consummate love mencakup ketiga komponen utama dalam teori cinta Sternberg, yaitu keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment).

Dalam consummate love, terdapat keintiman yang kuat, di mana pasangan saling memahami, memiliki kedekatan emosional yang mendalam, dan dapat berbagi perasaan secara terbuka. Gairah yang ada dalam consummate love juga tinggi, di mana ada daya tarik fisik dan keinginan yang kuat antara pasangan. Selain itu, ada komitmen yang kokoh, di mana pasangan memiliki niat untuk mempertahankan hubungan dan berkomitmen satu sama lain.

Consummate love merupakan kombinasi yang seimbang dari ketiga komponen tersebut. Pasangan dalam consummate love tidak hanya memiliki keintiman dan gairah, tetapi juga memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga hubungan tersebut. Mereka saling mengasihi, menghormati, dan mendukung satu sama lain. Consummate love melibatkan pengorbanan, komunikasi yang efektif, serta keinginan untuk terus tumbuh dan berkembang bersama.

Penting untuk dicatat bahwa consummate love bukanlah sesuatu yang tetap dan statis, tetapi merupakan sebuah tujuan yang perlu dipelihara dan diperjuangkan dalam hubungan jangka panjang. Keseimbangan antara ketiga komponen ini dapat berubah seiring waktu, dan upaya yang terus-menerus diperlukan untuk mempertahankan dan memperkaya consummate love dalam hubungan.

Referensi

Nevid, S.F, Rathus, A.S., Greene, B. 2003. Psikologi abnormal (5th Ed)., Erlangga: Jakarta. 


Sternberg, R. J. 2004. A Triangular Theory of Love. In Close Relationships: Key Readings.

Post a Comment

Post a Comment