EjB3vSKmQo697EadCV9cGlL38GnDuoUNUgLqklCB
Bookmark

Membangun Hubungan yang Sehat Dengan Metode Mindfulness

Membangun hubungan dengan orang lain merupakan bagian dari kehidupan kita sebagai manusia, yang terkadang orang menyebutkanya homo socius atau makhluk sosial. Artinya setiap manusia selalu berhubungan dengan individu lainnya baik itu keluarga, teman atau kekasihnya.

Akan tetapi dalam membangun hubungan dengan sesama manusia memanglah tidak semudah seperti membalik telapak tangan. Hal ini memungkinkan karena banyak hubungan selalu diperhadapkan dengan tekanan dan konflik, yang mengakibatkan hubungan menjadi tidak harmonis atau sehat.

Membangun hubungan yang sehat dengan metode mindfulness
Gambar. Membangun hubungan yang sehat dengan metode mindfulness. Sumber. pixabay.com

Hubungan tidak sehat terjadi karena bisa saja kebanyakan dari kita dalam membangun hubungan tersebut tidak mampu mengontrol emosi, pikiran serta kesadaran dalam membagun hubungan. Hal ini dalam kajian psikologi seringkali disebut dengan mindfulness.

Untuk itu dalam pembahasan kali ini kita akan mencoba mengenal lebih jauh tentang cara membangun hubungan yang sehat dengan metode mindfulness. Di sisi lain kita akan memahami terlabih dahulu beberapa pengertian yang diberikan menurut para ahli.

Pengertian Mindfulness Menurut Para Ahli

Mindfulness adalah bagian yang harus ada pada setiap individu dalam upaya membangun suatu hubungan yang sehat. Tapi apa itu mindfulness? Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian yang diberikan menurut para ahli, sebagai upaya langkah awal kita memahami berdasarkan terotis.

  • (Blustein, 2015)

Mindfulness adalah salah satu istilah yang sering dibahas dalam kajian psikologi untuk dapat mendorong individu menyadari pikiran, emosi, dan sensasi tubuhnya. Kemudian diaharapkan adanya kemunculan energi mental pada tubuh seseorang, serta tidak bereaksi berlebihan terhadap pengalaman-pengalam yang mereka alami.

  • (Williams & Kabat-Zinn, 2013)

Mindfulness adalah bentuk regulasi diri yang dilakukan secara sengaja dan sadar dari waktu ke waktu untuk mengarhkan perhatiannya, (Williams & Kabat-Zinn, 2013). 

  • (Snyder & Lopez, 2007)

Arti dari mindfulness adalah suatu keterampilan individu yang sebenarnya dapat diajarkan, dan dapat dijadikan sebagai dasar atau pedoman dalam membangun serta menjaga kualitas hubungan.

  • (Kabat-Zinn, 1999) dalam (Baer, Smith, & Allen, 2004)

Arti mindfulness adalah bentuk kapasaitas atau kemampuan seseorang untuk bisa memberikan atensi maupun perhatian pada diri mereka sendiri, yang dilakukan dengan apa adanya atau tanpa memberikan penilaian yang berlebihan. Dalam arti yang lain mereka mampu menerima segala pengalaman yang muncul dalam kehidupannya.

Berdasarkan pengertian yang diberikan menurut para ahli di atas, maka kita dapat menggambarkan arti dari mindfulness adalah suatu kemampuan atau keterampilan seseorang agar tidak bereaksi secara berlebihan terhadap emosi, pikiran dan sensasi tubuhnya. Artinya kita harus mampu menerima keadaan apa adanya tanpa harus bereaksi secara berlebihan.

Manfaat Mindfulness dalam Hubungan

Lantas apa saja manfaat mindfulness dalam membangun hubungan? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka ada beberapa hasil penelitan yang akan diuraikan tentang adanya manfaat dalam hubungan dengan metode mindfulness. Sebagaimana hal ini akan diuraikan, yaitu sebagai berikut:

  • Manfaat mindfulness oleh penelitian (Janz et al., 2015) 

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Janz et al., 2015) mengatakan bahwa adanyaa suatu kecenderungan yang sangat berdampak terhadap pengembangan suatu hubungan yang meliputi regulasi emosi dan komunikasi yang baik.

  • Manfaat mindfulness oleh penelitian (Roberts & Danoff-Burg, 2010) 

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Roberts & Danoff-Burg, 2010) mengungkapkan bahwa kondisi mindful sebenarnya dapat membantu seseorang agar berperilaku lebih sehat, sehingga dapat menjaga hubungan tersebut lebih harmonis.

  • Manfaat mindfulness oleh penelitian(Karremans et al., 2017)

Mindfulness secara positif ditemukan memengaruhi fungsi dan stabilitas hubungan romantis. Dengan demikian manfaat mindfulness dalam suatu hubungan adalah membantu individu untuk mengontrol emosi dan berperilaku sehat agar hubungan yang dibangun semakin berkembang menjadi harmonis, romantis atau sehat. Di sisi lain manfaatnya adalah membuat seseorang menerima pasangannya.

  • Manfaat mindfulness oleh penelitian (Kappen et al, 2018)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Kappen et al., 2018) yang menguji dua variabel yaitu trait mindfulness dan sikap menerima atau accepting stance terhadap kekurangan dari pasangan, hasilnya adalah terdapat hubungan yang positif di antara kedua variabel tersebut. Sehingga sangat berimplikasi pada kepuasan hubungan, karena mampu mengelola emosi dengan baik dan tidak berlebihan terhadapnya.

Akan tetapi seseorang akan cenderung larut dalam emosinya yang negatif apabila mereka memiliki trait mindfulness yang rendah, akibat tidak menerima kekurangan dari pasangannya. Terkadang kerendahan ini membuat mereka bukannya saling mengerti, melengkapi atau menutupi kekurangan dari pasangannya melainkan berusaha untuk mengubahnya yang kemudian dapat memberikan dampak negatif lainnya.

Berbeda dengan orang yang memiliki trait mindfulnees yang tinggi, mereka lebih cenderung mampu mengelola emosi dan tidak melakukan penilaian berlebihan serta mampu menerima kekurangan pasangannya dengan sadar. Sehingga dapat dikatakan mereka lebih toleran dalam menghadapi emosi atai situasi yang menghampirinya, serta inilah yang merupakan inti dari aspek mindfulness.

Baca Juga:

Aspek-Aspek Mindfulness

Penjelasan sebelumnya memberikan kita gambaran bahwa untuk membangun hubungan yang sehat, maka kita perlu memiliki suatu kapasitas trait mindfulness yang tinggi. Untuk itu kita juga perlu memahami tentang beberapa dimensi yang terdapat di dalamnya, dan yang menjadi konsep inti.

Mengenai hal itu Williams dan Kabat-Zinn juga telah menjelaskan bahwa terdapat dua aspek inti dalam mindfulness seperti kesadaran dan perhatian. Yang pertama menggambarkan keadaan pikiran yang dimasuki oleh rangsangan panca indra, aktivitas dan kinestetik ke dalamnya dengan sadar.

Kemudian pada aspek inti kedua dari trait mindfulness yaitu perhatian adalah suatu proses untuk memfokuskan yang dilakukan dalam keadaan sadar, (Dwijayani dan Wilani, 2021). Selanjutnya adalah bagaimana memahami aspek-aspeknya?

Untuk memahami aspek dan dimensi tersebut sebenarnya talah diuraikan oleh Baer dkk (2004) serta Lilja, dkk (2011), yang mengatakan bahwatrait mindfulness merupakan hal yang multidimensional. Adapun hal itu terdapat lima dimensi yang diukur menggunakan skala FFMQ (Five Facet Mindfulness Questionnaire), yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Observing atau Mengamati

Observasi adalah aspek dalam metode mindfulness atau yang kita sebut sebagai kemampuan individu dalam mengamati sesuatu, baik itu orang lain yang berkaitan dengan perasaan dan emosi maupun fenomena serta pengalaman yang dialami.

Dimensi ini menurut (Baer, dkk, 2004) adalah sebagai bentuk kemampuan seseorang dalam mengamati, menghayati, merasakan secara saksama terhadap segala sesuatu yang dirasakan dipikirkan maupun yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.

2. Describing

Dimensi describing adalah bentuk pengungkapan atau mendeskripsikan segala sesuatu yang dialami, pikirkan, atau rasakan dalam kehidupannya. Apabila pada dimensi pertama mengamati, maka di bagian ini diupayakan untuk mendeskripsikan terhadap apa yang telah diamati tersebut.

Dengan kata lain pada aspek atau dimensi ini mengajarkan seseorang tidak hanya mengamati sesuatu, melainkan mereka juga harus mendeskripsikan atau menggambarkan kembali pengalaman-pengalaman mereka yang diamati serta mengungkapnya.

3. Acting with awareness

Menurut (Baer, dkk, 2004) acting with awareness adalah suatu kemampuan seseorang agar selalu memberikan perhatian penuh atau adanya keterlibatan terhadap setiap pengalaman yang dialami baik satu waktu seperti di sini dan saat ini.

Dengan demikian dimensi ini mengajarkan kita bahwa tidak bisa hanya mengamati, dan kemudian ingin menggambarkan atau mengungkapnya sebagaimana pada aspek sebelumnya tanpa adanya sikap perhatian penuh atau keterlibatan langsung terhadap apa yang dialami.

4. Acceptance without judgement atau non-judging

Dimensi mengajarkan tentang tidak melakukan penilaian yang berlebihan ketika menghadapi pengalaman, situasi atau kondisi yang tidak diinginkan. Dengan kata lain kita diajarkan untuk menerima terlebih dahulu agar tidak gegabah atau terburu-buru dalam mengambil keputusan.

Sikap dari dimensi ini menurut (Baer, dkk, 2004) adalah bagian dari cara seseorang menerima segala pikiran atau perasaan yang dialami, tanpa memberikan penilaian, sedangkan non-judging lebih terkait dengan sikap dalam menerima beragam fenomena yang muncul tanpa perlu menghakiminya.

5. Non-reactivity

Non-reactivity menurut (Baer, 2004) yaitu kapasitas seseorang yang bisa menunda respon atau tidak terburu-buru dalam bereaksi akan pengalaman, pikiran maupun perasaan yang mereka alami. Sehingga mereka dapat atau mampu bersikap tenang ketika berada pada situasi yang tidak mereka inginkan.

Dengan demikian non-reactivity artinya sikap seseorang yang berupaya menerima, merasakan dan memahami terlebih dahulu tentang setiap pengalaman yang dialami sebelum dapat mengambil suatu tindakan.

Cara Membangun Hubungan yang Sehat dengan Mindfulness

Hubungan yang sehat dan positif dibangun atas dasar keterikatan yang aman (secure attachments). Untuk menciptakan lebih banyak keseharian yang positif dalam hubungan romantis.

Hal itu dapat dilakukan dengan meningkatkan atau membangun hubungan yang penuh dengan kesadaran, atau yang dapat kita sebut sebagai mindfulness relationship. Menurut (Snyder & Lopez, 2007) ada tiga model mindful relationship atau membangun hubungan yang sehat, yaitu sebagai berikut:

1. Minding

Model ini menuntut setiap pasangan dalam hubungan untuk mengetahui harapan, impian dan kerentanan pasangan. Selain mengekspresikan diri sendiri, masing-masing pasangan juga perlu memerhatikan bagaimana mereka dapat mengekspresikan diri dengan bebas untuk mencapai keseimbangan. 

Lebih banyak memerhatikan dan belajar tentang pasangan adalah penting dilakukan daripada terlalu berfokus pada informasi pribadi. Dengan demikian individu yang berhasil mengenal dan dikenal oleh pasangannya akan dapat menunjukkan pemahaman bagaimana waktu membawa perubahan-perubahan yang selalu menyediakan peluang baru untuk upaya mempelajari orang lain (pasangan).

2. Attributing positive behaviors

Model yang menyatakan pentingnya melakukan atribusi terhadap penyebab yang melatarbelakangi perilaku pasangan. Pasangan yang memiliki well-minded relationship akan mengembangkan atribusi internal dan eksternal sehingga bersedia mendengarkan penjelasan atas perilaku pasangan yang tidak sesuai ekspektasi. Hal ini dapat membantu dalam menyelesaikan konflik sebelum menjadi lebih serius.

3. Accepting dan respecting

Model yang menyatakan perlunya koneksi empati yang ditunjukkan bersama keterampilan sosial yang disempurnakan. Saat telah mengenal pasangan satu sama lain maka terjadi kecenderungan untuk berbagi pengalaman baik maupun buruk. 

Pada kondisi ini diperlukan mindful acceptance terhadap kekuatan dan kelemahan pribadi untuk kelanjutan dalam pengembangan hubungan. Ketika telah mampu menerima kondisi pasangan dengan sadar maka sikap respect atau menghormati dapat dikembangkan sehingga tidak terjadi respon yang mengandung judgement yang dapat merusak sebuah hubungan.

4. Maintaining reciprocity and continuitity

Model yang menyatakan bahwa masing-masing individu harus berpartisipasi dan terlibat dalam berpikir dan berperilaku yang dapat meningkatkan hubungan. Pasangan yang telah mengetahui tujuan dan kebutuhan pasangan akan lebih dapat mengidentifikasi apa yang diperlukan dan tidak dalam memelihara hubungan.

Referensi


Baer, R. A, Smith, G. T., & Allen, K. B. (2004). Assessment of mindfulness by self-report: the Kentucky inventory of mindfulness skills. Assessment, 11(3), 191–206.


Blustein, P. 2015. Mindfulness Medication: A Physician’s Prescription for Stress Relief. Mindfulness Medication Publishing. 


Dwijayani, Ni Komang Karmini, Ni Made Ari Wilani. 2021. Bucin itu Bukan Cinta: Mindful Dating for Flourishing Relationship. Widya Cakra; Journal of PSYCHOLOGY and Humanities. 


Janz, P., Pepping, C. A., & Halford, W. K. 2015. Individual Differences in Dispositional Mindfulness and Initial Romantic Attraction: A Speed Dating Experiment. Personality and Individual Differences, 82, 14–19. 


Kappen, G., Karremans, J. C., Burk, W. J., & Buyukcan-Tetik, A. 2018. On the Association Between Mindfulness and Romantic Relationship Satisfaction: the Role of Partner Acceptance. Mindfulness, 9(5), 1543–1556. 


Karremans, J. C., Schellekens, M. P. J., & Kappen, G. 2017. Bridging the Sciences of Mindfulness and Romantic Relationships: A Theoretical Model and Research Agenda. Personality and Social Psychology Review, 21(1), 29–49. 


Lilja, J. L., Frodi-lundgren, A., Hanse, J. J., Hansen, E., & Broberg, A. G. 2011. Five Facets Mindfulness Questionnaire-Reliability and Factor Structure: A Swedish Version, 40(4), 291–303. 


Roberts, K. C., & Danoff-Burg, S. (n.d.). Mindfulness and health behaviors: is paying attention good for you? Journal of American College Health: J of ACH, 59(3), 165– 173.


Snyder, C. R., & Lopez, S. J. 2007. Positive Psychology The Scientific and Practical Explorations of Human Strengths. Sage Publication, Inc.


Williams, J. M. G., & Kabat-Zinn, J. 2013. Mindfulness: Diverse Perspective on its Meaning, Origins, and Applications. Routledge. 

2 comments

2 comments

  • S.R. Hambali
    S.R. Hambali
    October 18, 2022 at 2:23 AM
    Cukup baik untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, ketika membangun hubungan dengan orang lain.
    Tapi ketika kita sudah membangun hubungan dengan orang lain dan menerapkan mindfulness. Apakah kita bisa menghadapi orang yang memiliki kepribadian gelap?.
    Reply
  • rh
    rh
    October 17, 2022 at 9:42 PM
    Sangat membantu bagi kita yg masih kurang paham soal bagaimana membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, Thnkss..
    Reply