EjB3vSKmQo697EadCV9cGlL38GnDuoUNUgLqklCB
Bookmark

Bagaimana Pacaran yang Sehat? Berikut ini Penjelasan Ciri-Ciri Pacaran yang Sehat Menurut Para Ahli dan Tahapannya

Membangun hubungan yang sehat merupakan hal yang tidak mudah, hal ini karena membutuhkan suatu proses baik kesabaran maupun pemahaman tentang hubungan yang dibangun tersebut, baik itu hubungan dengan teman, keluarga, maupun kekasih atau pacaran. 

Masa pacaran adalah masa mengenal pasangan satu sama lain, antara perempuan dan laki-laki yang saling jatuh cinta, menyayangi, melindungi, mengenal satu sama lain kepribadian, sifat dan watak dari masing-masing pasangan memiliki kekuatan saling memiliki dan menjaga. Mereka mempunyai satu tujuan yang sama yaitu menikah. 

Hubungan yang harmonis bukan berarti tidak ada konflik, melainkan terdapat suatu hal yang dapat membuat hubungan itu harmonis yaitu perilaku bijaksana dalam menyelesaikan konflik. Artinya untuk membangun hubungan yang sehat, misalnya pacaran adalah dengan cara memahami dan membangun perilaku pacaran yang sehat. 

Untuk itu dalam tulisan ini akan di uraiakan apa itu pacaran yang sehat menurut para ahli, alasan orang membangun hubungan pacaran, serta ciri-ciri dan aspek-aspek pacaran yang sehat.

Bagaimana Pacaran yang Sehat? Berikut ini Penjelasan Ciri-Ciri Pacaran yang Sehat Menurut Para Ahli dan Tahapannya
Gambar. Bagaimana pacaran yang sehat? Berikut ini penjelasan ciri-ciri pacaran yang sehat menurut para ahli dan tahapannya. Sumber. pixabay.com

Pengertian Pacaran

Apa  itu pacaran? Menurut Menurut Albert Ellis (1962) pacaran adalah hubungan antara dua individu yang bertujuan untuk saling mengenal dan mengembangkan ikatan emosional, yang diarahkan pada perkawinan atau kehidupan bersama di masa depan.

Banyak ahli juga telah mengajukan pemahaman tentang masalah ini, seperti Benokraitis (1996) mendefinisikan rayuan sebagai proses dimana seseorang bertemu dengan orang lain dalam lingkungan sosial, kemudian memiliki tujuan untuk menemukan apakah orang tersebut cocok sebagai partner hiduk atau tidak.

Selain pengertian-pengertian tersebut di atas, menurut Lies (2004), pacaran adalah suatu proses penjajakan antara dua individu yang berbeda jenis mengenai kemungkinan perkawinan tetap. Proses eksplorasi meliputi saling pengertian, saling simpati, saling mengisi kekosongan, saling percaya, kesetiaan, dan hal-hal yang dapat menunjang hubungan.

Terkadang kita selalu mendefinisikan cinta dalam tindakan mencintai, yang sebenarnya menurut Keith Davis (dalam DeVito, 2011) menggambarkan dua komponen cinta yang ada dalam hubungan romantis, yaitu sebagai berikut:

  • Kelompok nafsu meliputi daya tarik yang kuat, eksklusivitas dan hasrat seksual.
  • Kelompok kebajikan yang terdiri dari keinginan untuk memberikan yang terbaik, saling melayani dan mendukung.

Selain hal tersebut di atas, sebenarnya inkuiri berbasis cinta tidak selalu menjadi alasan mutlak bagi remaja untuk menjalin hubungan inkuiri tersebut. Pasalnya, perilaku para remaja ini memiliki alasan yang sangat beragam dalam membangun hubungan romantis.

Alasan Perilaku Berpacaran

Setiap orang mungkin memiliki alasan sendiri untuk memutuskan membangun hubungan romantis. Misalnya karena mereka sendirian, mereka membutuhkan pendongeng, atau mereka berusaha mencari orang terbaik untuk menemani mereka di masa depan.

Selain itu, para ahli juga memberikan beberapa alasan terkait perilaku seseorang dalam membangun hubungan romantis. Lantas apa alasan orang-orang untuk pacaran menurut para ahi? Menurut Santrock (2003), ada beberapa penyebab perilaku romantis remaja, antara lain sebagai berikut:

1. Sebuah bentuk hiburan atau rekreasi Remaja

Dating tampaknya sangat menikmati dan melihat pacaran atau kencan sebagai sumber kesenangan dan hiburan.

2. Pacaran Adalah Sumber Status dan Kesuksesan

Merupakan bagian dari proses perbandingan sosial, termasuk menilai status seseorang yang mereka anggap sebagai pacar paling tampan, termasuk orang-orang terkenal, dll.

3. Sosialisasi

Pacaran adalah bagian dari proses sosialisasi selama masa remaja yang membantu remaja belajar berteman dengan orang lain dan mempelajari sikap dan perilaku yang pantas secara sosial.

4. Kencan melibatkan pembelajaran tentang keintiman

Kencan dapat memberikan kesempatan untuk menciptakan hubungan yang unik dan bermakna dengan sesama jenis.

5. Kencan dapat menjadi wahana eksperimentasi dan eksplorasi isu-isu seksual

Kencan semakin berorientasi seksual dengan semakin banyaknya anak muda yang tertarik pada hubungan intim. Namun, juga akan menimbulkan perkosaan atau pelecehan seksual dan kekerasan seksual lainnya. Baca juga: 15 jenis kekerasan seksual menurut komnas perempuan.

6. Kencan dapat meningkatkan kenikmatan bersama dalam berinteraksi dan melakukan aktivitas bersama dalam hubungan dengan lawan jenis

Pengalaman pacaran membantu mewujudkan pembentukan dan perkembangan identitas, pacaran membantu remaja mengklarifikasi identitas mereka yang berkembang dan membedakan mereka dari keluarga mereka

7. Memilih Partner Hidup

terus melakukan fungsi fase pengantar awal untuk hubungan lebih lanjut dalam memilih atau melakukan seleksi tentang siapa saja yang dapat menjadi teman hidupnya.

Apa itu Pacaran yang Sehat?

Setiap alasan dalam membangun hubungan pacaran mungkin sangat beragam sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Namun alasan-alasan tersebut juga harus menjamin bahawa hubungan itu juga berjalan dengan sehat, sehingga tidak berdampak pada perilaku yang terjerumus dalam kekerasan dalam pacaran. Baca juga: Mengenal Kekerasan dalam Pacaran Jenis-Jenis, dan Bentuk-Bentuk Kekerasan dalam Pacaran Menurut Para Ahli.

Apa itu pacaran yang sehat? dan apa saja ciri-ciri pacaran yang sehat? Pacaran yang sehat merupakan salah satu hal yang harus dipelajari kehidupan remaja.  Hal yang perlu diperhatikan ketika membangun hubungan pacaran adalah komitmen yang jelas dan pertimbangan-pertimbangan lain, 

Seperti tidak mengganggu belajar atau aktivitas-aktivitas yang lain, tidak bertentangan dengan norma-norma masyarakat, tidak menghambat perkembangan pribadi dan sebagainya. Pacaran yang sehat secara umum, mengacu pada perasaan, pikiran, atau perilaku dalam pacaran yang sehat terkait dengan sikap, perasaan cinta, membuka diri dan komitmen (Hendrick, 1998). 

Menurut Setiawan (2010) menggolongkan perilaku pacaran sehat yang terdiri dari sehat secara fisik, psikis, dan sosial, sedangkan perilaku pacaran yang tidak sehat terdiri dari kissing, necking, petting, intercoursePacaran yang sehat merupakan proses untuk mengenal lawan jenis secara lebih dalam, agar menemukan pasangan yang benar-benar cocok untuk menjadi pasangan yang akan dinikahi. 

Pacaran yang sehat dilakukan remaja untuk bisa saling memberikan semangat dan motivasi sehingga diantara pasangan mendapatkan manfaat dari pacaran yang sehat tersebut, dengan demikian jangan sampai pacaran membuat hidup menjadi kacau dan prestasi menurun, dalam hal ini siswa-siswi sekolah menengah atas sebagai pelajar yang sedang berpacaran. Berdasarkan hal tersebut pacaran yang sehat memiliki tujuan sehat secara fisik, sehat secara emosional, sehat sosial, dan seksual (Hutagalung: 2008). 

Pacaran yang sehat merupakan hal yang paling berarti dalam membangun hubungan pacaran pada remaja, para ahli juga menyebutkan hal tersebut dengan menguraikan arti dari pacaran yang sehat. Sebagaimana menurut (Lies, 2004) menjelaskan delapan arti penting pacaran yang sehat yaitu sebagai berikut:

  • Membentuk sikap dan memberikan pemahaman tentang pacaran yang sehat dan segala macam manifestasinya.
  • Memberi pengertian bahwa hubungan antarmanusia dapat memberikan kepuasan baik bagi kehidupan pribadi maupun keluarga.
  • Memberikan pemahaman tentang apa yang harus diperhatikan dalam hubungan yang sehat, khususnya adanya komitmen yang jelas dan pertimbangan lain, seperti tidak mengganggu tugas sekolah atau kegiatan lainnya.
  • Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seks yang sehat sehingga individu dapat menjaga dirinya sendiri dan menolak eksploitasi yang dapat merugikan kesehatan fisik dan mental.
  • Memberikan pemahaman tentang pacaran sehat, yaitu eksplorasi pacaran sehat yang irasional dan keterlaluan yang tidak bertentangan dengan norma sosial dan tidak menghambat pertumbuhan pribadi.
  • Berikan pemahaman dan kondisi yang memungkinkan individu untuk terlibat dalam kegiatan flirting yang sehat secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, seperti pasangan, orang tua atau anggota masyarakat.

Ciri-Ciri Pacaran yang Sehat

Pengertian tentanng pacaran yang sehat mungkin dapat memberikan gambaran tantang bagaimana membangun hubungan yang sehat, serta arti dari pacaran yang sehat. Namun kita juga perlu mengenal apa saja ciri-ciri pacaran yang sehat menurut para ahli, sebagaimana menurut (Hatyarsa: 2011)  menguraikan ciri-ciri pacaran yang sehat adalah sebagai berikut: 

1. Menjadikan pacar sebagai sahabat

Remaja yang melakukan aktivitas berpacaran mempunyai tujuan menjadikan pacar sebagai sahabat dan apabila hal ini terjadi di dalam pacaran yang sehat maka hubungan yang akan dijalin akan nyaman untuk dijalani, karena menjadikan pacar sebagai sahabat lebih nyaman untuk menceritakan semua yang sedang dialami.

2. Tidak melakukan hubungan badan sebelum menikah

Pacaran sehat yang dilakukan para remaja untuk melakukan hubungan badan sebelum menikah, hal ini mengajarkan dalam pacaran yang sehat tidak melakukan perbuatan yang seharusnya belum dilakukan oleh remaja, serta mengerti akibat yang akan di dapat.

3. Tidak melakukan kekerasan terhadap pasangan

Saling menghargai dan tidak melakukan kegiatan yang merugikan yaitu tidak melakukan tindak kekerasan terhadap pasangan, hal ini mengajarkan kepada remaja untuk tidak melukai sesama manusia dan harus mencintai orang lain sama seperti diri sendiri.

4. Adanya kesederajatan antara pasangan kekasih

Hal ini menunjukkan bahwa antara laki-laki dan wanita mempunyai derajat yang sama, jadi sebagai laki-laki tidak boleh memperlakukan wanita semena-mena.

5. Adanya keharmonisan antara sepasang kekasih

Keharmonisan antara sepasang kekasih dalam pacaran yang sehat akan terjalin apabila tidak membeda-bedakan suku bangsa, kebudayaan maupun agama. Dan menganggap perbedaan sebagai suatu keunikan dalam menjalin keharmonisan. 

6. Adanya musyawarah untuk mencapai mufakat

Setiap menghadapi masalah pasangan kekasih mau untuk membicarakan masalah yang sedang terjadi dengan tenang tanpa adanya kekerasan, mendengarkan apa yang menjadi keinginan masing-masing pasangan, sehingga tercapailah apa yang diinginkan sehingga dalam menjalin pacaran yang sehat, mereka dapat berkelanjutan ke jenjang pernikahan.

7. Adanya keadilan dalam pacaran yang sehat

Aktivitas berpacaran bagi remaja dapat mengajarkan masing- masing pasangan untuk memperlakukan satu sama lain secara adil. Misalnya setiap pasangan dapat membagi waktu antara keluarga, kegiatan sekolah maupun di luar sekolah serta dapat membagi waktu untuk pacar.

Tahap-Tahap Pacaran

Membangun hubungan yang sehat dalam pacaran membutuhkan suatu proses yang tidak sekaligus bisa diterapkan, sehingga kita juga harus memahami betul tahapan dalam membangun hubungan pacaran yang sehat. Menurut Hardjana (2002), ada empat tahap dalam berpacaran adalah sebagai berikut:

1. Tahap perkenalan

Pada tahap ini, calon partner mencoba untuk saling mengenal satu sama lain. Bagi kalian yang sudah saling kenal, proses perkenalan akan lebih cepat, namun bagi kalian yang belum saling mengenal akan membutuhkan waktu yang lama. 

Tahapan ini berfungsi untuk mengetahui data dari lahir sampai sekarang dan keadaan pikiran calon pacar atau pasangan hidup kita. Pengenalan awal menjadi dasar pengembangan pengenalan yang lebih mendalam.

2. Tahap penjajakan

Tahap perkenalan dilanjutkan dengan tahap penjajakan. Pada tahap ini calon pacar saling melihat tanda-tanda apakah mereka akan melangkah lebih lanjut dalam hubungan. Dalam tahap penjajakan mereka berusaha saling mengenal kebiasaan hidup, sifat-sifat, nilai-nilai hidup yang dipegang, pandangan atau visi tentang diri sendiri, hidup, manusia, dunia serta masyarakat dan Tuhan.

3. Tahap pendekatan

Pada tahap ini merupakan tahap penentuan pilihan calon pacar sebelum sampai pada tahap selanjutnya. Maka dalam tahap ini sudah terfokus pada satu calon pacar. Karena itu frekuensi hubungan dan komunikasi sudah mulai meningkat. Gejala-gejala yang menyertai pada tahap ini adalah rasa saling merindu, ingin bertemu, dekat, dan berada disamping masing-masing. Rasa- rasa itu diungkapkan melalui komunikasi.

4. Tahap kesepakatan

Pada tahap ini merupakan tahap dimana pasangan memiliki kesediaan untuk saling mengucapkan dan saling menerima menjadi pacar. Ini, menandai bahwa hubungan mereka bukan lagi sekedar teman biasa, tetapi sebagai pacar atau calon suami/istri. 

Aspek-Aspek Pacaran yang Sehat

Pacaran adalah usaha untuk memadukan dua pribadi yang berbeda yang bertujuan agar pasangan mendapatkan kesempatan untuk saling mengenal lebih mendalam dan saling membina kecocokan yang kemudian dilanjutkan ke jenjang pernikahan yang didasarkan pada cinta dan komitmen. Pacaran yang baik adalah pacaran yang sehat. Menurut Hutagalung (2008) aspek pacaran sehat meliputi:

1. Sehat secara fisik

Sehat secara fisik maksudnya adalah pacaran yang sehat secara fisik menghindari aktivitas-aktivitas fisik yang menyebabkan gairah seksual, menghindari tindak kekerasan dalam berpacaran yang menimbulkan cedera fisik.

2. Sehat emosional

Sehat secara emosional yaitu hubungan dalam berpacaran akan terjalin dengan baik, apabila individu yang menjalaninya mampu saling berempati, serta mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik, ada rasa nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. 

Pada remaja perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif, emosinya lebih pada perasaan negative dan temperamental. Sehingga pacaran sehat secara emosional apabila remaja telah dapat menjaga emosinya dalam berhubungan dengan lawan jenis, agar menimbulkan perasaan aman dan nyaman satu sama lain.

4. Sehat Secara Sosial

Sehat sosial jika aktivitas berpacaran tersebut tidak bersifat saling mengikat atau mengisolasi pasangan. Artinya walaupun remaja putra dan putri terikat dalam komitmen pacaran, namun hubungan sosial masing-masing mereka dengan individu lain tetap harus dijaga dan sebaiknya remaja putra dan putri tidak hanya terfokus pada pacar atau pasangan saja. 

5. Sehat Secara Seksual

Secara biologis seorang remaja mengalami perkembangan dan kematangan seks dalam berpacaran, tetapi dalam hal ini remaja belum sepenuhnya mengetahui tentang perkembangan dan kematangan seks yang ada di dalam diri masing-masing individu. 

Tanpa disadari pacaran dapat mempengaruhi kehidupan seksual seseorang. Kedekatan secara fisik dapat memicu keinginan untuk melakukan kontak fisik apabila tidak dapat mengontrol diri sendiri. Sehingga dalam berpacaran harus saling menjaga satu sama lain, agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. 

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas mungkin dapat dipahami bahwa pacaran yang sehat merupakan hal yang sangat penting bagi para remaja. Hal ini dilakukan agar dalam membangun suatu hubungan mereka bisa menerapkan perilaku yang sehat dalam pacaran, sebagaimana melihat ciri-ciri pacaran sehat serta aspek-aspeknya. 

Pacaran yang sehat adalah pacaran yang memenuhi kriteria sehat secara fisik, sehat emosional, sehat sosial, maupun sehat seksual. Dengan demikian setiap remaja dalam membangun hubungan pacaran dapat memahami tahapan-tahapan pacaran yang sehat. Hal ini juga harus belajar dilakukan, agar tidak terjurumus pada perilaku kekerasan dalam hubungan pacaran seperti kekerasan seksual dan lainnya.

Referensi

Benokraitis, N. V. (1996). Marriages and families (2nd edition) Change, Choices and Constraint. New Jersey: Prentice-Hall Inc.


DeVito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar manusia (Edisi 5). Tangerang: Karisma. Publishing Group. 


Hardjana, Agus. M. 2002. Kiat Berpacaran. Yogyakarta: Kanisius. 


Hendrick. S. S. 1998. The Relationship Assessment Scale.Journal of Social 

and Personal Relationships, 15 (Vol.1)


Hutagalung, Marada, 2008. Pacaran Menurut Iman. Yogyakarta: Kanisius. 


Kamus Besar Bahasa Indonesia, EdisiKetiga. 2002, Jakarta: Balai Pustaka.


Lies, Purnamasari, 2004. Cinta, Pacaran dan Perilaku Seks, Malang: Lembaga Psikologi Terapan Universitas Wisnuwardhana. 


Santrock, John W.2003. Adolescence:PerkembanganRemaja. Jakarta: Erlangga.

Post a Comment

Post a Comment