EjB3vSKmQo697EadCV9cGlL38GnDuoUNUgLqklCB
Bookmark

Apa Itu Self Disclosure Menurut Para Ahli? Serta Apa Dampak Dan Manfaat Dari Keterbukaan Diri

Membangun hubungan dengan orang lain adalah bagian dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Kemudian pada proses yang terjadi di dalam hubungan itu membutuhkan interaksi yang saling timbal balik seperti bercerita tentang pengalaman, ide atau perasaan.

Di sisi lain tidak semua orang dapat memberikan atau membagikan hal-hal yang telah disebutkan itu. Karena ada yang memang membangun hubungan dengan orang lain, namun mereka juga memberikan batasan. Yang artinya tidak semua orang mau terbuka dengan yang lain.

Apa itu Self disclosure menurut para ahli? Serta apa dampak dan manfaat dari keterbukaan diri
Gambar. Apa itu self disclosure menurut para ahli? Serta apa dampak dan manfaat dari keterbukaan diri. Sumber. pixabay.com

Kemudian ada juga orang yang cenderung memilih terbuka pada orang lain, atau pada mereka yang dianggap khusus untuk bercerita. Ini adalah bentuk keterbukaan diri dan istilah ini juga sering disebut sebagai self disclosure

Untuk itu pada pembahasan ini kita akan mencoba mengenal lebih jauh tentang apa itu self disclosure? Bagaimana para ahli mendefinisikannya? Serta apa fungsi, dampak dan manfaat dari keterbukaan diri?

Pengertian Self Disclosure

Apa itu self disclosure? Yaitu bisa dikatakan sebagai suatu sikap keterbukaan diri. Selain itu untuk menjawab pertanyaan ini alangkah baiknya kita melihat bagaimana para ahli mendefinisikannya. Adapun beberapa pengertian yang diberikan menurut para hali, yaitu akan diuraikan sebagai berikut:

  • Devito (2010: 64) 

Self disclosure diartikan sebagai suatu jenis komunikasi di mana individu mengungkapkan informasi tentang dirinya yang biasanya disembunyikan atau tidak diceritakan kepada orang lain. 

  • Morton (dalam Sears, et al., 1985: 254) 

Self disclosure adalah bagian dari sikap dalam mengungkapkan diri atau keterbukaan, hal itu bisa saja berupa membagi informasi seperti perasaan dengan orang lain yang dianggap akrab.

  • Johanes Papu (dalam Nimatillah, 2015) 

Menjelaskan bahwa arti dari self disclosure adalah bagian dari pemberian tentang informasi diri sendiri kepada individu lainnya, dan hal itu dapat berupa perasaan, pengalaman hidup, emosi, pendapat, impian dan lainnya.

  • Altman dan Taylor (1973) 

Mengemukakan bahwa self disclosure adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang tentang keterbukaan diri, yang mencakup informasi mengenai pribadinya sendiri dengan tujuan untuk membangun hubungan yang akrab dengan orang lain. 

  • Jourard (1971)

Self disclosure diartikan sebagai suatu tindakan seseorang dalam memberikan informasi dirinya kepada orang lain, dan hal itu mencakup sikap, opini, selera atau minat, pekerjaan maupun pendidikan, fisik, keuangan serta kepribadian mereka sendiri.

Dimensi Self Disclosure

Apa saja dimensi atau aspek-aspek dalam self disclosure? Sebenarnya ada beragam yang telah disebutkan oleh para ahli, namun di sini akan diuraikan beberapa aspek yang dikemukakan oleh (Devito, 2010) bahwa terdapat 5 aspek dalam pengungkapan diri, yaitu sebagai berikut:

1. Amount 

Dimensi amount dari self disclosure adalah bagian yang biasanya merupakan ukuran atau frekuensi secara kuantitas yang ingin diketahui. Seperti memperhatikan dengan siapa seseorang mengungkapkan dirinya, baik itu dari durasi waktu maupun pendapat apa saja ketika mengungkapkan dirinya kepada orang lain. 

2. Valence Self-Disclosure

Dimensi valensi dalam self disclosure adalah bagian untuk memahami pendapat yang berupa positif maupun negatif dari seseorang. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana seseorang mengungkapkan diri mereka tentang sesuatu yang dianggap menyenangkan dan tidak mengenai dirinya sendiri. Kemudian bagaimana mereka menceritakan hal-hal baik atau buruk dalam dirinya baik itu ungkapan-ungkapan bersifat memuji maupun menjelek-jelekan dirinya sendiri.

3. Accuracy/Honesty

Dimensi accuracy/honesty dalam self disclosure adalah suatu bentuk penilaian ketepatan atau kejujuran terhadap seseorang dalam mengungkapkan dirinya. Hal ini dapat dilihat dari seseorang mengetahui dirinya sampai sejauh mana pada saat mereka mengungkapkan dirinya, yang bisa saja terdapat kejujuran, berlebihan, melewatkan hal yang penting dan bahkan berbohong.

4. Intention

Dimensi intention pada self disclosure adalah bentuk penilaian tentang seseorang ketika mengungkapkan dirinya. Hal itu seperti maksud dan tujuan mereka, adakah kesadaran dalam sikap keterbukaan pada orang lain tentang apa yang nanti dikatakannya.

5. Keakraban/Intimacy

Dimensi intimacy atau keakraban pada self disclosure adalah bentuk keterbukaan diri yang diutarakan secara detail sampai pada hal-hal intim pada pribadi mereka, baik itu bersifat periferal maupun kebohongan. Namun intimacy ini sebenarnya suatu interaksi timbal balik ketika orang yang mengungkapkan dirinya memang merasa nyaman pada saat berkomunikasi.

Baca juga:

Faktor-Faktor Self Disclosure (Keterbukaan Diri)

Apabila pembahasan sebelumnya telah diuraikan dari pengertian dan aspek-aspeknya, sebagai langkah awal dalam memahami keterbukaan diri. Lantas apa saja faktor-faktor yang bisa mempengaruhi self disclosure? Menurut (Devito, 2011:65-67) mengungkapkan bahwa terdapat 7 faktor, yaitu sebagai berikut:

1. Besaran Kelompok

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi self disclosure atau seseorang dalam mengungkapkan diri adalah besaran kelompok. Kemudian hal itu seringkali terjadi pada kelompok yang lebih kecil dari besar, karena lebih gampang meresapi setiap tanggapan dengan cermat.

Kehadiran pendengar yang begitu banyak juga seringkali memicu pemahaman yang beragam ketika mencermati pengungkapan diri seseorang, dan kemudian akan mengalami kesulitan akibat banyaknya tanggapan. Untuk itu besaran kelompok yang sarankan maksimal 4 orang.

2. Perasaan Menyukai

Faktor lainnya yang mempengaruhi self disclosure adalah perasaan menyukai. Tentu tidak semua orang membuat kita untuk terbuka pada mereka, namun hal itu berbeda apabila seseorang memiliki perasaan suka atau cinta pada orang lain. Keberadaan perasaan ini cenderung membuat orang untuk lebih terbuka, apalagi dalam suatu hubungan yang saling menyukai.

Terkadang bila ada individu yang menyukai orang lain mereka menginginkan agar orang yang disukai itu mengetahui dan memahami mereka. Dengan demikian mereka harus membuka diri atau mengungkapkan apa yang dirasakan pada orang yang mereka suka itu.

Apa yang disebut di atas mungkin lebih ke suatu hubungan romantis, namun faktor ini tidak hanya berlaku pada mereka yang membangun hubungan tersebut. Karena kita juga cenderung terbuka atau mengungkapkan diri pada apa dan siapa saja yang kita sukai, seperti pada teman dan sebagainya. Hal ini dikarenakan orang yang disukai (dan mungkin menyukai balik) akan mendukung dan positif.

3. Efek Diadik

Faktor self disclosure yang berikutnya adalah adanya efek diadik tau dapat kita pahami sebagai 'timbal balik'. Tentu orang cenderung tidak untuk terbuka pada orang lain kecuali mereka juga mau membuka dirinya.

Terkadang seseorang dengan leluasa menceritakan tentang dirinya baik itu perasaan, ide, pengalaman dan lainnya hanya ketika orang yang akan mendengar juga mau terbuka atau menceritakan kembali tentang mereka. Sehingga Keterbukaan antara kedua belah pihak itu bisa menghasilkan rasa aman dan akrab ketika mereka melakukan self disclosure.

4. Kompetensi

Faktor berikutnya yang dapat mempengaruhi self disclosure adalah kompetensi diri seseorang dan itu berkaitan dengan kepercayaan dirinya. Bagi mereka yang punya kepercayaan diri dan merasa ada banyak hal positif yang dimilkinya dan dianggap orang lain juga harus mendengarnya agar bisa bermanfaat bagi mereka.

5. Kepribadian

Faktor-faktor self disclosure yang berikutnya adalah kepriadian yang dimiliki oleh individu itu sendiri. Hal ini karena setiap orang tentu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, sehingga sangat mempengaruhi sikap dalam pengungkapan diri.

Misalnya dalam kepribadian ekstrovert yang dikatakan sebagai individu yang cenderung pandai dalam membangun hubungan sosial atau bergaul dengan orang lain, mereka juga dikatakan orang cenderung membuka diri. 

Kemudian hal ini berbeda dengan kepribadian introvert yang dikatakan sebagai individu dengan kecenderungan memilih untuk tidak banyak bicara, adapun ketika mereka ingin berbicara justru hanya pada orang-orang tertentu saja. Sehingga kepribadian ini cenderung kurang berkomunikasi dengan orang lain dan sulit mendengar mereka untuk menceritakan tentang dirinya.

6. Topik

Salah satu faktor yang mempengaruhi self disclosure adalah topik, sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya bahwa tidak semua orang dapat membuka diri pada semua hal. Namun ada kalanya orang-orang akan tertarik untuk membuka diri ketika mereka tertarik dengan topik tertentu. Hal ini bisa saja dengan berbicara mengenai pekerjaan, hobi dan sebagainya yang mungkin mereka sukai. 

7. Jenis kelamin

Faktor berikutnya yang mempengaruhi self disclosure adalah jenis kelamin seseorang. Bila kita ingin melihat baik-baik perempuan dan laki-laki sebenaranya mempunyai karakteristik tertentu, ketika ingin mengungkapkan dirinya pada orang lain dan keterbukaan diri ini lebih banyak terdapat pada perempuan dari pada laki-laki.

Fungsi-Fungsi Self Disclosure (Keterbukaan Diri)

Setiap orang mungkin berbeda-beda ketika berhubungan dengan orang lain, sebagian dari mereka memilih untuk menutup diri dan lainnya lebih membuka dirinya. Sebenarnya apa saja fungsi dari self disclosure? Menurut Darlega dan Grzelsk (dalam Sears, dkk., 1998) ada lima fungsi pengungkapan diri, yaitu akan diuraikan sebagai berikut:

1. Penjernihan Diri (Self Clarification)

Fungsi self disclosure salah satunya dalah dapat menjernihkan diri seseorang dari hal-hal yang negatif. Misalnya, ketika kita diperhadapkan dengan suatu masalah terkadang kita membutuhkan seseorang untuk diceritakan. Sehingga hal itu dapat dicari solusi dan terhindar dari pikiran negatif yang dapat berdampak buruk pada diri sendiri. 

2. Ekspresi (Expression) 

Fungsi dari self disclosure berikutnya adalah ekspresi, tentu hal ini sangat penting bagi seseorang. Karena kebiasaan menyimpan sesuatu seperti perasaan terhadap orang sebenarnya hal itu bisa berdampak buruk pada diri sendiri. Terkadang bila seseorang mengungkpakan diri dengan cara mengekspresikannya bisa membuat mereka legah.

Apalagi ketika dalam diri kita terdapat perasaan suka pada orang lain, tentu hal itu akan menjadi beban batin apabila tidak diungkapkan kepada mereka. Di sisi lain dengan mengekspresikan perasaan ini bisa membuat orang yang disukai dapat mengetahui apa yang sedang kita rasakan.

3. Keabsahan Sosial (Social Validation)

Kita dapat mengatakan bahwa keabsahan sosial yang merupakan salah satu faktor self disclosure adalah suatu bentuk dukungan, atau reaksi orang lain ketika mendengar individu lain mengungkapkan dirinya.

Bentuk-bentuk reaksi ketika mendengar seseorang mengungkapkan diri memanglah sangata beragam, namun salah satu fungsi ini ingin memberitahukan bahawa dalam mengungkapkan diri kita dapat mengetahui bagaimana orang lain akan menanggapi, memberikan pandangan atau dukungan terkait dengan yang dibicarakan atau permasalahan yang dihadapi.

4. Kendali Sosial (Social Control)

Sesorang bisa saja menginginkan untuk menyembunyikan maupun membuka diri pada orang lain. Namun salah satu faktor melakukan self disclosure adalah adanya upaya memberikan kesan baik dari orang lain. Hal ini karena dalam hubungan sosial orang lain belum tentu memahami diri kita yang sebenarnya, dan bahkan mereka juga sering salah memahami.

Untuk itu salah satu fungsi disclosure sebagai social control adalah bagian untuk mengungkapkan diri kita, agar orang lain yang menjalin hubungan dengan kita bisa memahami dan mengetahui diri kita yang sebenarnya. Terkadang orang tidak akrab dengan kita karena mereka tidak memiliki informasi yang baik tentang kita.

5. Perkembangan Hubungan (Relationship Development)

Fungsi self disclosure yang berikutnya adalah untuk suatu perkembangan hubungan. Setelah kita mengetahui bahwa mengungkapkan diri dapat memberikan orang lain informasi dan kesan baik pada diri kita. Tentunya hal itu juga dapat meningkatkan, mengembangkan kualitas hubungan kita dengan orang lain.

Dengan demikian hubungan tersebut akan memilki sikap dan perasaan saling percaya satu sama lain. Sehingga perkembangan dari hubungan tersebut dapa meningkatkan tingkat kaekraban dan sikap saling memahami.

Manfaat Serta Dampak Positif dan Negatif (Self-Disclosure) Keterbukaan Diri

Selain dimensi, aspek dan fungsi-fungsi yang telah diuraikan di atas. Tentu tidak sedikit dari kita yang terselip suatu pertanyaan lain, seperti apa manfaat dan dampak dari self disclosure? Menurut Lumsden (1996) self disclosure bisa membantu seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain, meningkatkan kepercayaaan diri serta membuat hubungan lebih akrab.

Sekanjutnya  Lumsden (1996) memahami bahwa tanpa self disclosure, seseorang terkadang mengalami penerimaan sosial yang kurang baik sehingga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.  Adapun dampak dari keterbukaan diri ini juga terdiri dari dampak positif dan negatif, yaitu akan diuraikan sebagai berikut:

1. Dampak Positif Self Disclosure

Pandangan pertama memandang bahwa ada nilai positif ketika seseorang berani mengungkapkan dirinya. Karena ketika mereka melakukannya, maka ada hasil atau dmpak dari perilaku tersebut. Menurut Supratiknya dalam (Sucita, 2015:35) mengatakan bahwa dampak positif self disclosure adalah sebagai berikut: 

  • Adanya Keintiman dan Hubungan yang Sehat

Salah satu dampak positif dari self disclosure adalah membuat hubungan semakin intim dan sehat. Dalam suatu hubungan apabila tidak ada unsur keterbukaan diri di antara satu sama lainnya, tentu itu akan menimbulkan perasaan saling curiga dan akan berlanjut pada tingkat konflik dalam hubungan.

Berbeda halnya dengan mereka yang membangun hubungan penuh keterbukaan diri antara satu sama lainnya, tentu hal itu akan membuat mereka saling memahami dan menimbulkan rasa saling percaya yang kemudian meminimalisir sikap saling curiga. Sehingga hubungan yang dibangun berdasarkan pada prinsip keterbukaan akan membuat hubungan tersebut menjadi sehat.

  • Adanya Keterbukaan Satu Sama Lain

Terkadang memilih sikap untuk membuka diri pada orang lain, cenderung membuat mereka juga akan bersikap terbuka pada kita. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya pada efek diadik, bahwa orang akan membalas sikap keterbukaan ini dengan sikap yang sama pada kita.

Sikap ini selain disebut sebagai efek diadik juga dikenal dengan istilah pertukaran sosial dalam teori komunikasi sosial, yang membahas tentang adanya suatu keuntungan apabila ada bentuk komunikasi terbuka yang saling bertukar informasi personal. Sehingga suatu hubungan yang dibangun akan terus berlanjut karena sikap keterbukaan diri satu sama lain.

  • Hubungan Sosial yang Baik

Individu yang cenderng membuka dirinya terhadap orang lain maupun lingkungannya merupakan adanya sifat-sifat seperti adaptif, terbuka, kompeten, fleksibel serta kematanagan. Karena memang tidak semua orang mau membuka diri mereka pada orang lain, dan terkadang mereka yang cenderung menutup diri dengan lingkungannya sering dkaitkan dengan kepribadian negatif.

Sifat-sifat yang melekat pada orang yang terbuka bersifat positif, sehingga orang ini mudah bergaul di masyarakat dan muda menerima dan diterima oleh orang lain. Orang yang seperti ini tidak akan terisolasi atau pun mengisolasi diri dari pergaulan. 

  • Adanya Komunikasi yang Intim

Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim, baik dengan diri kita maupun dengan orang lain. Tidak ada keintiman tanpa diawali keakraban. Tidak ada hubungan yang akrab tanpa diawali dengan keterbukaan diri. 

Tingkat keterbukaan diri akan berpengaruh pada intensitas komunikasi yang dilakukan oleh partisipan komunikasi. Keseringan dan kedalaman topik yang diperbincangkan akan menandai seberapa tinggi tingkat keintiman dari sebuah hubungan. 

  • Dapat Meningkatkan Kepercayaan Diri

Keterbukaan adalah kenyataan, jadi keterbukaan harus jujur ​​dan tulus. Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, dari panca indera, inilah topik yang akan menjadi bahan diskusi dengan pasangan. Kejujuran dan keikhlasan adalah modal utama untuk bersikap realistis dalam menghadapi kenyataan.

Dengan selesainya tugas perkembangan remaja, pengungkapan diri kepada orang lain dapat meningkatkan rasa percaya diri, sehingga individu dapat menemukan jati dirinya. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan remaja dalam mengekspresikan diri merupakan salah satu bentuk pencapaian tugas perkembangan.

2. Dampak Negatif Self Disclosure

Sikap keterbukaan diri mungkin dianggap cukup positif, namun setiap apa yang kita lakukan tentu memilki risiko dan dampaknya. Begitupun dengan self disclosure, yang merupakan perilaku pengungkapan diri seseorang, juga tentu memilki dampaknya. 

Lantas apa saja dampak ketika seseorang mencoba untuk mengungkapkan diri?Menurut Taylor, dkk (2000), pengungkapan diri dapat memperkuat rasa suka dan mengembangkan hubungan, namun selain itu juga sikap pengungkapan diri atau self disclosure memiliki dampak, yaitu sebagai berikut:

  • Pengabaian

Ketika seseorang memilih untuk menjadi pribadi yang terbuka dengan mencoba berbagi hal-hal yang baik itu pemikiran, ide dan pengalamannya pada orang lain. Terkadang tidak semua orang yang menjadi pendengarnya dapat memberikan respon yang baik dan memuaskan.

Karena orang-orang bisa saja mengabaikan apa yang telah kita sampaikan, walaupun tidak semuanya. Hal ini bisa menjadi pelajaran untuk kita dalam melakukan self disclosure, namun dari sini pula kita akan belajar bahwa orang yang mau medengar kita adalah mereka yang mau mengenal dan memahami diri kita. 

Sehingga tidak semua orang kita anggap dapat dijadikan tempat untuk berbagi cerita. Namun setidaknya kita dapat mengenal mereka apabila apa yang diceritakan oleh kita tidak direspon dengan baik, dan menghentikannya terkecuali pada mereka yang tertarik mau mendengar untuk mengenal kita dengan baik.

  • Penolakan

Selain dari pengabaian dari risiko self dislosure adalah bentuk penolakan sosial, yang menjadi dampak selanjutnya ketika seseorang memilih sikap pengungkapan diri. Hal ini karena apa yang dikatakan tentang informasi diri kita belum tentu semua orang mau menerimanya, dan bahkan mereka mungkin menolaknya untuk membangun hubungan dengan kita.

Hal seperti sering terjadi pada mereka yang baru membangun hubungan dan belum mengenal lebih jauh satu sama lainnya. Ketika di antara mereka menceritakan tentang dirinya seperti masa lalu yang buruk, mungkin salah satunya merasa lebih banyak melihat kekurangan dari orang yang melakukan self disclosure, sehingga memutuskan untuk tidak mau melanjutkan hubungan lagi. 

Hal ini bisa saja berlaku pada setiap hubungan sosial manapun yang melibatkan penolakan. Namun tidak semua orang akan menjadi seperti itu, kita bisa saja melakukan self disclosure pada mereka yang memang mau dan siap menerima kita ketika mendengar dan mengetahui tentang kita.

  • Hilangnya Kontrol

Dampak berikutnya dari self disclosure adalah hilangnya kontrol. Seperti pada pembahasan sebelumnya selain dari mendapatkan penolakan, dampak lainnya adalah orang juga akan berusaha memanfaatkan apa yang kita ceritakan pada mereka yang berakibat pada kehilangan kontrol diri kita sendiri.

Artinya, setiap informasi yang kita berikan pada orang lain jika tidak mendapatkan penolakan maka mereka akan memanfaatkannya. Misalnya dari pengungkapan diri tersebut orang akan mendapatkan informasi tentang kekurangan kita, sehingga mereka memanfaatkan untuk mengontrolnya dengan cara mengungkit-ngungkit atau mengancam menyebarnya sehingga kita seakan di bawah kendali mereka.

  • Pengkhianatan 

Dampak self disclosure lainnya adalah bentuk pengkhianatan. Sebagaimana pada pembahasan sebelumnya, setelah mereka mengetahui tentang diri kita yang terkadang membuat pengabaian, penolakan, kehilangan kontrol diri karena mereka memanfaatkannya. 

Di sisi lain setelah pemanfaat informasi diri pada saat kita melakukan self disclosure, hal itu juga adalah bagian dari bentuk pengkhianatan. Karena mereka tidak mampu menjaga privasi seseorang dalam membangun hunbungan, walaupun saat itu kita memintanya untuk dirahasiakan.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas kita dapat memahami bahwa self disclosure adalah bagian dari keterbukaan diri atau sikap seseorang dalam menceritakan informasi tentang dirinya. Hal itu dilakukan dengan harapan bentuk ekspresi seseorang untuk berbagi pengalaman, ide, pikiran dan perasaan pada orang lain agar menjadi pribadi yang lebik baik dan kesehatan dalam membangun hubungan.

Walaupun self disclosure atau keterbukaan diri ini selain memberikan dampak yang positif, juga ada risiko atau dampak yang negatifnya. Namun hal itu bukan berarti kita tidak akan pernah melakukannya, karena kita bisa saja memilih cara melakukan pengungkapan diri dengan bijak.

Hal itu seperti melihat respon baik dan buruk pada saat kita melakukan self disclosure atau pada saat menceritakan informasi diri kita dengan orang yang kita anggap dan percaya pada mereka. 

Namun di sisi lain fungsi self dislosure bukan berarti kita harus berharap orang selalu merespon dengan baik atau menerima serta mendukung diri kita. Karena terkadang orang mengatakan atau menceritakan tentang dirinya agar orang lain tahu apa yang disukai dan tidak olehnya, sehingga bisa menjadi penegasan pada orang lain tentang siapa kita.

Referensi

Altman, L. & Taylor, D.A. 1973. Social penetration: The development or interpersonal relationship. New York: Holt, Rinehart & Winston. 


Devito J. A. 2010. Komunikasi Antar Manusia (Edisi Kelima), Jakarta: Karisma Publishing.


Jourard.S. M. 1971. Self Disclosure; An Experimental Analysis of the Transparent Self. New York: Publishing Company Huntington.


Lumsden, G & Lumsden, D. 1996, Communicating with credibility of confidence, 

Wadsworth Publishing Company, Boston. 


Nimatillah, S., 2015. Self Disclosure Siswa SMP Negeri 19 Surabaya Ditinjau dari Gender. Skripsi. Fakultas Psikologi dan Kesehatan. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 


Sears, D.O., Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau. 1988. Psikologi Sosial Jilid I. Alih Bahasa Michael Adryanto, Savitri Soekrisno. Jakarta: Erlangga.


Sears, dkk. (1998). Psikologi Sosial Jilid I. Jakarta: Erlangga.


Shelley E. Taylor, Letitia Anne Peplau, David O. Sears. 2009. Psikologi Sosial edisi kedua belas, di alih bahasakan oleh Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana.


Sucita. 2015. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Mata Padi Presindo. 


Taylor C, Lillis C, Le More P. 2000. Fundamentals of nursing the art and science of nursing care B. Philadhelpia: Lippincott.


Post a Comment

Post a Comment