EjB3vSKmQo697EadCV9cGlL38GnDuoUNUgLqklCB
Bookmark

Emotional Abusive: Sebuah Bentuk Kekerasan Emosional Dan Apa Saja Dampak Emotional Abusive, Serta Bagaimana Mengenal Ciri-Ciri Emotional Abusive?

Bentuk kekerasan dalam kehidupan semakin marak terjadi, namun sebagian dari kita adakalanya belum memahami atau menganggap wajar. Hal ini banyak terjadi baik pada hubungan dengan teman, keluarga, pasangan dan sebagainya.

Sebagian dari kita dalam membangun hubungan seringkali terjebak pada kekerasan yang tidak disadari. Hal ini terjadi karena kita menganggap bahwa kekerasan hanya sebatas yang terlihat atau fisik saja.

Padahal nuansa perilaku kekerasan tidak selalu bersifat fisik, melainkan juga psikis. Bentuk kekerasan yang seringkali tidak disadari ini sering bernuansa pada sisi kekerasan emosional atau juga dikenal dengan istilah emotional abusive.

Emotional Abusive: Sebuah Bentuk Kekerasan Emosional Dan Apa Saja Dampak Emotional Abusive, Serta Bagaimana Mengenal Ciri-Ciri Emotional Abusive?
Gambar. Emotional abusive. Sumber. pixabay.com

Untuk itu dalam pembahasan kali ini akan menguraikan tentang apa itu emotional abusive? Bentuk-bentuk atau ciri-cirinya, dan dampak dari perilaku tersebut pada seseorang.

Pengertian Emotional Abusive

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa kekerasan tidak hanya bersifat melukai fisik melainkan juga bisa melukai kondisi kejiwaan seseorang, yaitu emotional abusive.

Lantas apa itu emotional abusive? Menurut Hadi et. al (dalam, El-hakim :2014) menyatakan emotional abuse adalah kekerasan yang tidak nyata yang berdampak pada perasaan sakit hati, tertekan, marah, perasaan terkekang, dan apabila berkelanjutan akan muncul perasaan minder pada korban.

Di sisi lain Engel (dalam, Dinastuti :2008) menyatakan emotional abuse artinya suatu bentuk kekerasan yang menyelinap di masyarakat, bila dibiarkan akan menjadi kekerasan fisik ataupun non fisik. 

Definisi emotional abusive yang lain dikemukakan oleh (Kharisma, 2011) bahwa pelaku yang melakukan emotional abuse merujuk kepada kekerasan secara kejiwaan.

Di mana seseorang mencoba mengontrol pikiran, perasaan dan kemauan orang lain dengan cara menggunakan kekerasan verbal, ketidaksetujuan kepada sesseorang melalui kritik. Seperti intimidasi, manipulasi dan melakukan penghinaan untuk menanamkan rasa takut pada korban. 

Dengan demikian emotional abusive yang merupakan kekerasan emosional atau kejiwaan, adalah suatu perilaku yang dapat melukai perasaan seseorang dan dapat memberikan dampak yang begitu buruk pada korbannya.

Bentuk-Bentuk Emotional Abusive

Bentuk kekerasan emotional abuse sering tidak disadari karena tidak ada bukti nyata seperti kekerasan fisik, namun jika dibiarkan korban akan mengalami trauma psikologis seperti depresi, kecemasan, sakit kepala, dan masalah pada tulang belakang (Health Canada, 1996) dalam (Widiasavitri & Pemayun, 2015).

Sebenarnya masih banyak bentuk-bentuk emotional abusive selain yang diungkapkan di atas. Adapun bentuk-bentuk dari kekerasan pada sisi kejiwaan tersebut yang dapat diketahui secara umum, seperti dalam hubungan pacaran menurut (Kharisma :2011) adalah sebagai berikut:

1. Dominasi

Jenis kekerasan ini seringkali menggunakan kekuasaan agar bisa mengontrol dan mengawasi orang lain. Hal itu bisa saja dilakukan dengan cara seperti terlalu banyak mengatur tingkah laku, peran pelaku sangat dominan untuk menentukan sesuatu atau pelakunya membuat semua keputusan. Bahkan mereka bisa berupaya mengontrol keuangan dengan tujuan membuat korbannya percaya atau ketergantungan pada mereka.

2. Agresivitas Verbal

Perilaku agresif yang dilakukan secara verbal ini dapat berbentuk seperti celaan, caci maki, menyumpah, dan mengancam kehidupan orang lain atau pada orang-orang terdekat korban. Bahkan sikap ancaman ini banyak bisa beragam misalnya korban yang sudah memiliki anak mereka diancam untuk ditinggalkan atau bisa saja mereka mengancam dengan tindakan bunuh diri.

3. Mengkritik dan Menyalahkan

Perilaku emotional abusive yang berikutnya adalah adanya sikap mengkritik dan menyalahkan pasangan secara berlebihan. Pelaku biasanya tidak menunjukan suatu sikap dalam menghargai seseorang, kemudian mereka juga tidak mau disalahkan apabila mereka menghadapi suatu peristiwa tertentu. 

Apabila mereka melakukan kesalahan, maka cenderung berperilaku seolah-olah tidak bersalah atau menyangkal. Kemudian mereka justru menyalahkan pasangannya, yang terkadang dilakukan dengan kekerasan namun mereka tidak memperdulikannya.

4. Pengharapan yang Salah (Abusive Expectation)

Terkadang seseorang selalu membuat suatu ekspetasi atau harapan yang tidak dipenuhi oleh orang lain atau pasangannya. Bahkan apabila sebagian itu telah dipenuhi, hal itu pun belum menjadikan si pelaku kekerasan merasa puas. Di sisi lain apabila harapan itu tidak dipenuhi maka mereka akan merasa marah.

5. Pemerasan Emosional (Emosional Blackmail)

Bentuk emotional abusive berikutnya adalah pemerasan yang dilakukan secara emosional. Maksudnya terkadang pelaku sering menciptakan perasaan bersalah pada pasangan yang menjadi korbannya, hal itu dilakukan agar mereka menjadi ketergantungan kepada si pelaku.

6. Respon tidak Terduga

Bentuk emotional abusive yang berikutnya adalah respon yang tidak terduga, atau dapat diartikan sebagai suasana hati yang cepat dan selalu berubah-ubah. Mereka seringkali melepaskan emosi tanpa ada alasan yang jelas, yang membuat pasangannya menjadi kebingungan dan bahkan tertekan. 

7. Selalu Ingin Menciptakan Konflik atau Krisis

Pelaku selalu sengaja memulai pertengkaran atau konflik dengan korban atau dengan orang lain dan senang bila dalam kondisi pertikaian. 

8. Pembunuhan Karakter (Character Assasination)

Pembunuhan karakter adalah salah satu dari bentuk emotional abusive, yang artinya pelaku seringkali mempunyai sikap untuk mempermalukan orang lain atau pasangannya di depan umum. Di sisi lain mereka adalah orang yang suka membesar-besarkan masalah, menyebar kebohongan pada teman-teman korban dan tidak menghargai prestasi atau apa yang dilakukan orang lain (korban).

9. Gaslighting

Bentuk emotional abusive yang berikutnya adalah gaslighting, artinya si pelaku menjadi orang yang manipulatif, cenderung menciptakan rasa bersalah pada orang lain yang menjadi korbannya. Apabila pelaku melakukan kesalahan, maka di akan mencoba mencari cara agar orang lain atau pasangannyalah yang bersalah. 

10. Pelecehan Seksual (Sexual Harassment

Pelecehan seksual adalah bagian dari emotional abusive, karena si pelaku terkadang mempunyai sikap manipulatif atau menciptakan kebohongan dan jaminan masa depan yang semu kepada orang lain, dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan seksual dari korbannya. 

11. Intimidasi 

Intimidasi adalah salah satu bentuk emotional abusive yang artinya si pelaku seringkali membuat tekanan pada korbannya. Mereka menciptakan rasa takut seperti membuat ancaman, menunjukan sentata tajam atau merusak barang-barang. 

Sehingga korban yang melihatnya tidak bisa melakukan apa-apa selain mengikuti apa yang dikatakan pelaku, ini juga menjadi tujuan dan tindakan manipulatif untuk selalu mengontrol korbannya.

12. Mengisolasi

Melakukan tindakan mengisolasi terhadap orang lain atau pasangannya adalah bagian dari bentuk emotional abusive. Kita dapat melihat tanda-tandanya seperti melarang orang lain atau pasangannya berkumpul dengan teman-temannya, dan bahkan mereka seringkali menjatuhkan orang-orang terdekat dari korbannya.

Penyebab Perilaku Emotional Abusive

Dilihat dari pengertian dan bentuk-bentuk kekerasan yang sudah dijelaskan sebelumnya, tentunya ada sesuatu yang membuat para pelaku dalam melakukan tindakan kekerasan kejiwaan ini. Lantas apa saja penyebab orang melakuakan perilaku emotional abusive?

Terdapat bebrapa penyebab orang melakukan hal tersebut, misalnya dalam kontseks pacaran yang dikemukakan oleh Susilowati (dalam Kharisma 2011) penyebab seseorang melakukan emotional abuse dalam hubungan berpacaran yaitu sebagai berikut: 

  • Pelaku biasanya sudah sejak awal tidak menghargai orang tuanya. Terkadang perilaku kekerasan emosional ini yang dilakukan pada orang tua seperti intimidasi, kemudian akan dilakukan pada orang lain atau mereka yang menjadi pasangannya.
  • Penyebab berikutnya adalah pelaku biasanya mendapatkan pengalam masa lalu yang buruk seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
  • Pelaku biasanya memiliki pandangan baahwa kekerasan yang dilakukan hanya sedikit orang yang memahaninya.
  • Adanya upaya untuk menjagaa citra diri. Misalnya pada laki-laki yang merasa sebagai seorang pemimpin dan mengatur perempuan dengan caara kekerasan dan hal ini dianggap lumrah oleh kalangan maasyarakat.

Dampak Emotional Abusive

Setiap perilaku yang dinampakan pada orang lain tentunya mempunyai dampak bagi mereka. Begitupun dengan perilaku emotional abusive, yang merupakan kekerasan emosional juga mempunyai dampak pada orang lain.

Lantas apa dampak dari perilaku emotional abusive? Menurut (Engel :2002) menyatakan dampak atau kondisi yang akan terjadi bagi para korban kekerasan ini yaitu seperti mengalami depresi, dan berkurangnya motivasi.

Tidak hanya itu dampak yang ditimbulkan lainnya seperti kebingungan, kesulitan berkonsentrasi atau membuat suatu keputusan, rendahnya kepercayaan diri, perasaan gagal atau tidak berarti, keputusasaan, menyalahkan diri sendiri dan menghancurkan diri sendiri.

Baca Juga:

Selain dampak sebagaimana yang diungkapkan oleh Engel (2002), adapun terdapat dampak-dampak psikologis lain akibat emotional abusive. Menurut Soetjiningsih (2007) dalam (Firmansyah: 2020) dampak-dampak psikologis akibat mengalami kekerasan emosional dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Gangguan Emosi 

Damapak dari emotional abusive dalam suatu hubungan adalah gangguan emosinal pada korban. Hal itu misalnya konsep diri yang buruk, mereka menjadi lambat dalam mengatasi sifat agresif, kurang percaya diri dan gangguan dalam membangun hubungan sosial atau orang lain atau lingkungan sekitarnya.

2. Konsep Diri Rendah 

Orang yang menjadi korban emotional asbusive cenderung kehilangan percaya diri, hal ini karena mereka merasa diintimidasi sehingga membuat mereka minder dan sulit mengekspresikan diri.

Jika terjadi pada seorang anak yang mendapat perlakuan kekerasan ini, maka mereka merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikendaki, muram, tidak bahagia dan tidak mampu menyenangi aktivitas. 

3. Agresif

Dampak lain ketika terjadi misalnya pada anak yang mendapat perlakuan kekerasan cenderung lebih agresif pada teman sebayanya. Sering sikap agresif tersebut karena mereka meniru tindakan dari orang tuanya atau melampiaskan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil rendahnya konsep diri. 

4. Hubungan Sosial 

Korban yang sering mendapatkan kekerasan emosional akan mengganggu mereka dalam membangun hubungan sosial. Hal ini karena tadi, mereka telah kehilangan kepercayaan diri, dan tindakan agresive membuat orang lain menjauhinya.

Mislanya terjadi pada anak-anak yang gangguan hubungan sosialnya terganggu, mereka cenderung tidak bisa bergaul dengan teman sebayanya bahkan dengan orang-orang dewasa. Tentu akhirnya mereka mempunyai teman yang sedikit dan  sering mengganggu orang dewasa. 

5. Bunuh Diri 

Parahnya dampak lain yang paling dikhawatirkan apa bila korban emotional abusive memilih untuk mengakiri hidupnya. Apalagi hal ini terjadi pada orang yang emosinya tidak stabil atau anak-anak, sungguh sangat merugikan.

Fenomena kekerasan menyebabkan stres mental banyak yang dialami oleh remaja. Sehingga hal ini bila diremehkan atau tidak tertangani, maka akan berkembang upaya-upaya pada korban untuk melakukan percobaan bunuh diri atau menyebabkan tindakan bunuh diri pada remaja.

Referensi

Dinastuti. 2008. Gambaran emotional abuse dalam hubungan berpacaran pada empat dewasa muda. Thesis. Jakarta, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Jurnal Manasa, Volume 2, Nomor 1. 


El- Hakim, L. 2014. Fenomena pacaran dunia remaja. Pekan baru. Zanafa Publishing. 


Firmansyah, Alifa Thufaila Bahira. 2020. Gambaran Harga Diri dan Tingkat Kecemasan Pada Remaja dengan Emotional Abuse Di MTs Negeri 2 Bogor Tahun 2020.


Engel, B. 2002. The emotionally abusive relationship: a breakthrough program to overcome unhealthy patterns. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 


Kharisma, V. P. 2011. Hubungan pola asuh otoriter dengan emotional abuse dalam hubungan berpacaran. Skripsi psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. 


Widiasavitri, P.N & Pemayun C.I. 2015. Perbedaan emotional abuse pada remaja akhir yang berpacaran berdasarkan pola komunikasi dalam keluarga. Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran. Jurnal Psikologi Udayana 2015, Vol. 2 No. 2, 300-310. 


Post a Comment

Post a Comment