EjB3vSKmQo697EadCV9cGlL38GnDuoUNUgLqklCB
Bookmark

Memahami Abusive Relationship dan Cinta

Hubungan antar dua manusia yang berlawan jenis memang indah, terlebih di masa-masa remaja, tapi apakah kamu pernah membayangkan bahwa hubungan yang indah itu bisa menjadi sangat menakutkan?Apa yang terjadi sehingga hubungan antar dua manusia itu bisa sangat menakutkan bahkan menyeramkan. 

Dalam kehidupan antara perempuan dan laki-laki yang menjalin hubungan asmara seperti pacaran, sering sekali terdengar istilah abusive relationship, yaitu tindakan kekerasan yang dilakukan secara langsung entah dari verbal maupun nonverbal. 

Hal ini sering terjadi terhadap hubungan yang tidak sehat antara perempuan dan laki-laki dalam menjalin hubungan asmara, dan biasanya kebanyakan yang menjadi korban abusive relationship adalah perempuan. 

Hal ini terjadi karena setiap orang yang ingin membangun hubungan asmara tidak mampu membedakan antara cinta dan abusive relationship, sehingga dalam hubungan tersebut seringkali tidak menyadari adanya tindakan kekerasan baik verbal maupun nonverbal yang dapat merugikan salah satu diantaranya.

Abusive Relationship
Gambar. Abusive relationship. Sumber. pexels.com

Ada beberapa perilaku abusive relationship yang saya temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti kasus teman perempuan saya yang takut kehilangan pasangannya karena obsesi. Dalam kasus ini teman perempuan saya menjadi kehilangan kebebasannya, karena pasangannya selalu mengontrol, membuat aturan atau membatasi aktivitasnya, dan mengganggap bahwa yang boleh memiliki bahkan mengendalikannya teman perempuan saya hanya pacarnya. 

Hal lain yang sangat menjengkelkan bagi saya adalah ketika teman saya dan pacarnya menghadapi masalah, maka yang sering disalahkan adalah teman perempuan saya sendiri. Apabila teman saya mulai muak, selalu saja ada alasan-alasan yang dibuat pacarnya seperti merubah sifatnya seakan terlihat baik. 

Jika itu tidak membuat teman saya tersentuh, terkadang pacarnya sering melakukan hal bodoh dengan mengancam teman saya bahwa ia akan bunuh diri atau yang lebih gila lagi juga mengancam membunuh kedua orang tua teman perempuan saya. Namun tetap saja pacarnya akan berubah menjadi lebih ganas ketika teman saya mengakui alasan tersebut, mungkin hal ini yang membuat sulit melepaskan hubungan yang tidak sehat tersebut.

Lantas bagaimana bisa orang-orang terperangkap dalam hubungan yang sangat menyeramkan ini? Kasus lain yang saya temui mengapa si korban tidak bisa lepas dari hubungan ini adalah karena tubuhnya telah dinikmati oleh lelaki itu mereka takut tidak ada yang bisa menerimanya. 

Ketika seseorang telah terjerumus dalam hubungan ini anehnya seperti lingkaran setan karena kebanyakan korban tak bisa lepas atau keluar dari hubungan yang tidak sehat ini, beberapa alasannya karena dia masih berharap pasangannya bisa berubah. Wahai teman-teman perempuanku jangan pernah berfikir bahwa dia akan berubah atau kamu bisa merubahnya karena hal itu tergantung orangnya. 

Baca Juga:

Melihat orang membangun hubungan yang terperangkap pada abusive relationship merupakan hal yang sangat menyeramkan bahkan merugikan orang lain, karena tidak ada kebebasan dan selalu dipenuhi kekerasan serta dominasi. Cara orang membangun hubungan seperti di atas menurut Erich Fromm adalah cara yang tidak sehat, atau biasa disebut dengan ikatan simbiotik dan pelarian diri. 

Simbiotik merupakan suatu ketergantungan yaitu orang menjalin ikatan dengan orang lain namun kehilangan dirinya sendiri dan tidak pernah mandiri, dalam tahap lain disebut dengan masokis, adalah tidak menjadi dirinya sendiri dan mencari rasa aman dengan bersikap pasrah kepada orang lain, serta dipenuhi dengan dominasi yang sempurna terhadap orang lain.

Berdasarkan pandangan Fromm di atas dengan kasus teman perempuan saya merupakan hal yang sangat berkaitan, sebagaimana yang sudah diceritakan di atas bahwa teman perempuan saya telah kehilangan kebebasan dan tidak menjadi dirinya sendiri, hal ini karena dominasi pacarnya sangatlah kuat dari segi alasan-alasannya yang penuh dengan ancaman sehingga teman perempuan saya terjebak dalam hubungan ketergantungan yang sangat mengerikan.

Apabila kita melihat pandangan Fromm lebih jauh tentang praktik hubungan abusive relationship di atas, sebenarnya hubungan itu dilandasi dengan modus memiliki yaitu suatu orientasi karakter yang tidak produktif, terdapat beberapa orientasi nonproduktif yaitu reseptif, menimbun, eksploitatif, dan marketing.

Orientasi reseptif (menerima) merupakan jenis karakter yang menganggap sumber yang baik berada di luar dirinya entah itu materi, afeksi, pengetahuan maupun cinta. Orientasi eksploitatif merupakan suatu karakter jika ia menginginkan sesuatu, makai akan merampasnya dan bukan sebagai pemberian. Eksploitatif ini terlihat pada pacar teman perempuan saya, yaitu merampas kebebasan sampai harga diri teman perempuan saya. 

Orientasi menimbun adalah jenis karakter yang kaku menganggap apa yang ada di luar selain dirinya dan merasa orang lain sebagai ancaman. Sebagaimana terlihat pada pacar teman erempuan saya, yang menjaga pasanganya seakan hanya dia yang boleh memilikinya, tidak boleh orang lain. 

Orientasi marketing (pemasaran) merupakan karakter yang menjadikan dirinya sebagaimana orang menginginkannya, semboyannya adalah “aku sebagaimana engkau inginkan”.  Hal ini terlihat pada pada teman perempuan saya, yang tidak bebas karena harus menjadi seperti apa yang diinginkan pacarnya. Apabila melihat kasus teman perempuan saya dari modus yang dibangun oleh pacarnya adalah modus memliki yang oriantesinya nonproduktif.

Hal yang disebut di atas sangat berbahaya, maka dari itu penting sekali sebelum mengenal pasangan kenali dulu sifat pasanganmu baik-baik. Tetapi terkadang masa PDKT atau pendekatan memang lebih manis dari pada saat sudah Jadian.

Sehingga ketika kamu sudah terlanjur menjalin hubungan dengannya lalu kamu merasa ada sifat atau perlakuanya yang janggal atau mengganggumu segera lepaskan, sehingga kita tidak terjerumus dalam hubungan yang tidak sehat atau abusive relationship. Untuk itu dalam membangun hubungan agar tidak terjerumus seperti yang telah disebutkan, maka hubungan itu harus dilandasi dengan cinta yang produktif.

Cinta yang produktif itu berdasarkan bukan pada modus orientasi memiliki, melainkan pada modus menjadi atau memberi. Orang yang mencintai secara produktif selalu memberikan apa yang terbaik agar setiap dicintai dapat tumbuh, berkembang sebagaimana ia inginkan bukan yang diinginkan orang lain. 

Ibarat setangkai bunga yang tumbuh menunggu mekar, untuk orang yang mencintai secara produktif, membuat bunga itu agar bisa tumbuh sampai mekar sebagaimana yang bunga itu inginkan. Tapi orang dengan modus memilki, hanya akan mencabut bunga tersebut dari akar, kemudian mengkonsumsi wanginya, keindahannya sampai tak sadar bunga tersebut layu dan mati, orang tersebut tidak membantu bunga tersebut tumbuh sebagaimana mestinya, melainkan diperlakukan sebagaiman ia inginkan.

Bagi Erich Fromm cinta adalah perhatian aktif terhadap hidup dan perkembangan dari apa atau siapa yang kita cintai”. Sehingga kita bisa mengenal apabila hubungan asmara itu dibangun dengan cinta maka upaya saling mendukung. Selain itu perlunya memahami unsur-unsur dari cinta yang terdiri dari pengasuhan yaitu ada upaya mengembangkan apa dan siapa yang kita cintai, tanggung jawab yaitu tanggapan seseorang akan kebutuhan-kebutuhan orang lain yang dilakukan secara sukarela.

Kemudian perhatian  yaitu memperhatikan pribadi lain itu agar berkembang sesuai dengannya dan bukan untuk orang lain, dan selanjutnya adalah pengenalan yaitu mengetahui rahasia manusia atau mengetahui apa yang dibutuhkan oleh orang lain ketika ingin berpadu dengannya, (Fromm, 198735-38).

Untuk itu agar kita tidak terjerumus dalam hubungan yang tidak sehat atau abusive relationship, maka kita harus belajar membangunnya dengan cinta. Seperti seni, kita belajar membangun hubungan dengan memberi kehidupan pada orang yang kita cintai, membantu mewujudkan impiannya dan keinginannya, yang bukan memaksanya mengikuti keinginan kita. 

Kita tidak boleh merasa memiliki seseorang, karena itu membuatnya seperti benda, kita mencintai apa saja karena kemanusiaan yang ada di dalamnya agar ia tetap hidup dan tumbuh sampai mekar. Apalgi kita sebagai perempuan bukanah objek yang bisa dipermainkan, namun kita juga harus berani untuk keluar dari hubunngan yang tidak sehat, lalu berani dan belajar membangun hubungan yang sehat.

Dari pandangan saya sebenarya kalian bisa asalkan seperti yang sudah saya jelaskan di atas jangan pernah berharap seseorang itu bisa berubah, ketika dirimu sudah merasa terancam dengan perilaku yang mengancam kebebasanmu, maka  segera lepaskan. 

Kita jangan pernah terbuai dengan kata manis yang ia utarakan dan untuk teman-teman perempuanku yang tidak bisa keluar dari hubungan ini karena tubuhmu telah dinikmati, percayalah satu hal bahwa selalu yakin selalu ada orang baik yang bisa melihatmu dari sisi yang lain, karena kau tetaplah manusia dan pasti akan ada orang-orang yang mencintai kita berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan atau mampu mencintai secara produktif. 

Jangan pernah takut untuk speak up atau melawan kejahatan dalam hubungan, kita harus buktikan bahwa perempuan adalah manusia, yang harus diperlakukan selayaknya manusia.

Penulis: Labiba Eka Putri

Post a Comment

Post a Comment