EjB3vSKmQo697EadCV9cGlL38GnDuoUNUgLqklCB
Bookmark

Pengertian Narsisme Menurut Para Ahli, Ciri-Cirinya dan Dampak Kepribadian Narsistik

Apa itu narsisme? Mungkin beberapa dari kita pernah mendengar istilah ini dalam kehidupan sehari-hari baik itu di ruang akademik, media sosial maupun dari pembicaraan dengan teman-teman di lingkungan sekitar.

Sebenarnya istilah narsisme bagi kebanyakan orang dipahami secara berbeda-beda, sehingga alangkah baiknya kita melihat istilah ini berdasarkan pengertiannya menurut para ahli. Dengan demikian kita bisa melihat konsep narsisme secara teoritis.

Pengertian Narsisme Menurut Para Ahli, Ciri-Cirinya dan Dampak Kepribadian Narsistik
Gambar. Pengertian Narsisme Menurut Para Ahli, Ciri-Cirinya dan Dampak Kepribadian Narsistik. Sumber. pixabay.com

Untuk itu dalam pembahasan ini kita akan mencoba memahami narsisme berdasarkan uraian para ahli, aspek-aspeknya, ciri-ciri kepribadian narsisme, masalah serta dampak dari kepribadian narsisme.

Pengertian Narsisme

Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, yaitu Narkissos dalam bahasa Latin disebut Narcissus. Ceritanya sang tokoh mitologi tersebut dikutuk ketika ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. 

Tokoh tersebut diceritakan sangat terpengaruh oleh rasa cinta terhadap dirinya sendiri, serta tanpa sengaja menjulurkan tangannya di air kolam sehingga ia pun tenggelam dan akhirnya tumbuh bunga yang kemudian sekarang dikenal sebagai bunga narsis (King, et al., 2010).

Narsisme cenderung diidentikan dengan cinta diri yang diekspresikan secara berlebihan. Adapun beberapa definisi narsisme menurut para ahli mungkin sangat berbeda-beda, namun hal ini bisa dijadikan sebagai langkah awal kita memahami apa itu narsisme. Narsisme menurut para ahli yaitu sebagai berikut:

  • Lam (2012)

Menurutnya istilah narsisme pada aawalnya sebagi konsep tentang diri atau rasa percaya diri yang terimplikasi pada perilaku, kemudian disertai dengan perasaan bahwa individu merasa dirinya unik dan terkait dengan intelegensi maupun potensi mereka yang dianggap lebih baik dari pada orang lain.

Di sisi lain menurut Lam (2012) sebenarnya individu tersebut cenderung tidak menerima dirinya sendiri ketika harus berperilaku secara berlebihan dari kemampuannya maupun keadaan sebenarnya, yang bahkan tidak menerima kritikan dari orang lain tentang dirinya.

  • Sigmund Freud 

Alwisol (2011) telah menguraikan pengertian narsisme menurut Freud yaitu cinta kepada diri sendiri, sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narsisme menjadi mementingkan diri sendiri. 

Bagi Freud istilah narcissism di sisi lain disebut dengan fase cinta diri sendiri atau fase ego formation yang artinya suatu fase memberikan perhatian pada diri sendiri. 

Selain itu orang yang narsis cenderung kagum terhadap dirinya sendiri, ia seringkali berdiri didepan kaca untuk memperhatikan kecantikannya, kecakapannya atau memperhatikan setiap kelebihan dan memujinya secara berlebihan.

  • Nevid (2005) 

Ruing (2020) menguraikan narsisme menurut Nevid yaitu orang dengan gangguan kepribadian narsistik (narscissistic personality disorder) memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstreem terhadap pemujaan. 

Mereka juga seringkali membesar-besarkan prestasinya lalu berharap orang lain dapat memujinya. Selain itu mereka mengharapkan atau berusaha agar orang lain dapat melihat setiap kualitas, kelebihan, prestasi mereka walaupun itu terlihat biasa-biasa saja,

Mereka menikmati bersantai dibawah sinar pemujaan, mereka kurang memiliki empati kepada orang lain, ingin menjadi pusat perhatian dan mereka memiliki pandangan yang jauh lebih membanggakan tentang diri mereka sendiri.

  • Vaknin (2007: 12) 

Mennggambarkan pengertian narsisme sebagai individu yang terlalu berfokus pada dirinya sendiri dan disertai dengan perasaan bangga yang begitu berlebihan.

Ciri-Ciri Kepribadian Narsistik

Bagaimana cara mengenali seorang narsisis? Menurut (Davidson & Neale, 2006) bahwa mereka terus mencari perhatian dan kekaguman, narsisis sangat sensitif terhadap kritik dan sangat takut gagal.

Selanjutnya menurut (Wade & Travis, 2007), mereka terus-menerus menuntut perhatian dan rasa hormat serta merasa berhak menerima kebaikan dari orang lain tanpa harus membalas kebaikannya.

Kernberg (1980) juga mengungkapkan bahwa perilaku narsistik terjadi ketika ada kebingungan antara diri ideal dan diri nyata, meskipun narsisme bukanlah gangguan kepribadian yang serius karena terdapat struktur kohesi internal struktural individu.

Di sisi lain, menurut Beck, et al., (dalam, Halgin & Whitbourne, 2010:103) berpendapat bahwa narsisis berpegang teguh pada pengertian pengaturan diri, termasuk gagasan bahwa mereka adalah orang yang luar biasa dan pantas untuk diperlakukan. lebih baik dari yang lain dianggap mungkin.

Campbell (2000) juga berpendapat bahwa seorang narsisis juga memiliki sifat pertama, yaitu pandangan positif tentang dirinya sendiri, menyatakan bahwa dia lebih baik dari segalanya.

Yang kedua egois, yaitu tidak mau menerima pandangan orang lain dan hanya memikirkan diri sendiri. Ketiga, mereka merasa istimewa dan unik. Keempat, yaitu hubungan interpersonal yang kurang baik. Ciri-ciri narsis menurut (Nevid, dalam Ruing, 2020) adalah sebagai berikut:

  • Memiliki rasa bangga yang berlebihan terhadap diri sendiri.
  • Kebutuhan ekstrim untuk beribadah.
  • Mereka melebih-lebihkan prestasi.
  • Mengharapkan orang lain untuk memuji mereka.
  • Meskipun penampilannya biasa-biasa saja, ia berharap orang lain akan memperhatikannya.
  • egois.
  • Kurangnya empati terhadap orang lain.

Aspek-Aspek Narsisme

Selain mengetahui beberapa ciri-ciri narsisme berdasarkan pada kepribadian yang telah diuraikan di sebelumnya. Sebenaranya masih banyak ciri-ciri dari narsisme, atau dapat disebut juga sebagai tanda-tanda maupun aspek-aspek dari narsisme.  Menurut (Raskin et all., 2006) dapat diuraikan yaitu sebagai berikut:

1. Authority

Mereka dapat dikenal dengan tanda-tandanya terlalu mendominasi seperti menjadi seorang pemimpin dan lebih senang mengambil keutusan sendiri, karena menganggap dirinya lebih baik dari pada harus mendengar dari orang lain. Mereka menganggap diri sendiri lebih mampu melakukan sesuatu dan orang tidak akan bisa seperti itu.

2. Self-Sufficiency

Ini merupakan tanda bahwa individu narsis menganggap dirinya spesial dan unik dari orang lain. Pada aspek ini ditandai dengan anggapan bahwa dirinya dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan kemampuan yang dimiliki. 

3. Superiority

Mereka ditandai dengan keinginan untuk selalu memimpin dan menunjukkan kekuasaannya. Pada aspek ini ditandai dengan individu yang selalu merasa angkuh, paling hebat, serta mengakui diri sendiri itu lebih penting dari orang lain. 

4. Exhibitionism

Mereka selau ditandai dnegan individu yang ingin mendapatkan pujian dan pengakuan dari orang lain, sehingga selalu memperhatikan penampilan fisiknya untuk hal tersebut. 

Pada aspek ini individu narsis paling senang dan menginginkan menjadi pusat perhatian dan ia selalu berusaha agar hal itu selalu terjadi dengan berbagai cara untuk mendapatkannya.

5. Exploitativeness

Mereka dapat dikenali sebagai seseorang yang selalu menggunakan orang lain sebagai sarana untuk menaikkan harga dirinya. Hal itu bisa dilakukan dengan merendahkan pribadi yang lain agar bisa mendapatkan rasa kagum dari orang lain. Dalam artian mereka mengeksploitasi seseorang untuk keberhasilan dirinya sendiri tanpa memperdulikan yang lainnya.

6. Vanity 

Mereka seringkali menunjukan perilaku angkuh dan arogan. Individu dengan kecenderungan narsis kurang dapat menerima sudut pandang atau masukan dari orang lain terhadapnya atau dapat dikatakan bahwa dirinya memiliki sikap sombong keras kepala dan angkuh.

7. Entitlement

Mereka lebih cenderung untuk memilih sesuai dengan kemauan dirinya tanpa memperhatikan lingkungan di sekitarnya meskipun itu akan membuatnya mendapat pertentangan dari orang sekitarnya.

Faktor-Faktor Penyebab Kepribadian Narsistik

Apa saja yang menjadi faktor atau penyebab kepribadian narsistik? Hal ini banyak diuraikan berdasarkan hasil-hasil penelitian oleh beberapa para ahli, ketika mengidentifikasi dari faktor-faktor perkembangan masa anak-anak dan sampai pada sikap orang tua yang menurut mereka  dapat mendukung terjadinya gangguan kepribadian narsistik.

Beberapa penelitian tersebut misalanya yang diuraikan oleh (Durand, 2006) dengan menguraikan secara rinci beberapa faktor dan penyebab kepribadian narsistik dari masa anak-anak dan pengaruh dari sikap orang tua, yaitu sebagai berikut:

1. Temperamen yang sangat sensitif sejak lahir

Setiap anak memiliki respon yang berbeda-beda. Gaya pengasuhan sejak bayi sangat membantu anak-anak dalam menavigasi keunikan dan kepribadianya sehingga dapat membantu mereka dalam menurunkan level kecemasan atau mengatur emosi dan perilaku mereka.

2. Orang tua memberikan penilaian dan pujian berlebihan

Penyebab narsis seringkali terjadi pada masa anak-anak seperti pujian dan penilaian yang diberikan dilakukan secara berlebihan, sehingga pribadi anak seringkali merasa dirinyalah yang paling terbaik dibandingkan anak yang lain.

Untuk itu pujian maupun penilaian sebenarnya bisa saja diberikan ketika memang anak tersebut pantas mendapatkannya. Namun tetap dengan kondisi anak tersebut yang sebenarnya tidak terlalu melebih-lebihkan. 

3. Sanjungan yang berlebihan 

Ketika seseorang terlalu menerima sanjungan yang berlebihan bahkan tidak sesuai dengan apa yang telah dilakukan, hal ini dapat menyebabkan dirinya merasa selalu benar. 

4. Pemberian perhatian yang tidak terduga dari orang tua

Memberikan perhatian pada anak memang tidak ada salahnya, karena seorang anak memang selalu membutuhkan hal itu. Namun perhatian tersebut harus sesuai dengan kebutuhan maupun porsi yang dibutuhkan oleh anak. Sehingga mengajarkan pada anak agar tetap dapat rendah hati terhadap orang lain. 

5. Penyiksaan pada waktu kecil

Penyiksaan yang berlebihan yang diterima anak pada waktu kecil dapat membentuk anak menjadi yang narsis karena ingin menguasai orang lain seperti yang pernah ia dapatkan pada waktu kecil.

Masalah-Masalah Narsisme

Apa masalah narsisme? Coper dan Ronningstam (1992) mengungkapkan bahwa individu yang terjebak dalam narsisme seringkali memiliki pandangan yang berlebihan terhadap kemampuan dan keunikannya.

Masalahnya, individu narsistik akan selalu sibuk dengan dirinya sendiri, sering kali memanjakan diri, mengagumi, apalagi ia memperolehnya dari pengakuan yang diberikan orang lain kepadanya. Namun mereka juga sering gagal menunjukkan empati kepada orang lain.

Di sisi lain, jika seorang narsisis tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, seperti perhatian dan pujian, kecanduan narkoba dan apa yang disebut depresi berat berkembang dalam dirinya.

Ini terjadi karena mereka selalu menampilkan diri mereka sebagai orang yang hebat atau terlalu percaya diri kepada dunia, sambil menyembunyikan perasaan tidak aman dan harga diri mereka yang terdalam, yang sangat diinginkan, rentan ketika dikritik.

Ciri-ciri ini menyebabkan narsisis menemukan diri mereka dalam hubungan dangkal yang hanya memenuhi kebutuhan akan perhatian terus-menerus. Di sisi lain, ketika sifat narsistik menjadi nyata dan terus-menerus, mereka sebenarnya dapat merugikan dengan menunjukkan adanya gangguan kepribadian narsistik.

Dampak Kepribadian Narsistik Terhadap Perkembangan Perilaku

Selain permasalahan di atas, apa dampak narsisme terhadap perkembangan perilaku? Hal lain yang disebutkan oleh (Bushman & Baumeister, 1998) adalah bahwa narsisis merasa seperti orang yang memiliki kekuatan, superioritas, dan harga diri yang tinggi dalam hubungannya dengan orang lain.

Mereka juga cenderung sensitif atau tidak suka menerima kritik negatif tentang diri mereka karena narsisis selalu berpikir bahwa sesuatu di dalam diri mereka selalu yang terbaik.

Hal ini dapat diilustrasikan dengan lingkungan kerja yang tidak memungkinkan narsisis menggunakan kemampuan dan motivasinya. Untuk ancaman ego ini datang dalam bentuk emosi negatif yang kuat atau kemarahan, pada tingkat narsistik seringkali lebih banyak stres daripada pada tingkat kehidupan.

Di sisi lain, menurut (Ojanen et al., 2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan antara narsisme, temperamen, agresi fisik dan agresivitas dalam persahabatan pada remaja. Narsisme juga cenderung menimbulkan sikap agresi fisik pada pria, serta agresi fisik yang terkait baik pria maupun wanita.

Referensi 


Alwisol. (2011). Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. Malang : UMM Press.


Bushman, B.J. and Baumeister, R.F. (1998) Threatened egotism, narcissism, selfesteem, and direct and displaced aggression: Does self-love or self-hate lead to violence? Journal of Personality and Social Psychology, 75, 219-229


Campbell W. K., Kwan & Miller, J. D. (2000, 2004 & 2011). The Handbook of Narcissism and Narcissistic Personality Disorder:Theoritical Approaches, Empirical Finding and Treatment. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.


Cooper, A. M., & Ronningstam E. (1992). Narcissistic personality disorder., Disorders of narcissism: Diagnostic, clinical, and empirical implications. Washington, DC: American Psychiatric Press.


Davison, G.C & Naele J.M. (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


Durand, V.M., Barlow, D.H., 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Edisi IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Duran, V. M, Barlow, D.H. (2007). Essential Of Abnormal Psychology. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Halgin, R & Whitbourne, S. (2010). Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba Humanika.


Kernberg, O. (1980). Borderline Conditions and Pathological Narcissism. Jason Aronson, Inc: New York.


King, A.M., Johnson, S.L., Davison, G.C. & Neale, J.M. (2010) Abnormal Psychology. 11th edition. John Wiley & Sons, Inc. 


Lam, Z. K. W. (2012). Narcissm and Romantic Relationship: The Mediating Role of Perception Discrepancy. Discovery–SS Student E-Journal, 1(1), 1-20.


Ojanen, T., Findley, D., & Fuller, S. (2012). Physical and relational aggression in early adolescence: Associations with narcissism, temperament, and social goals. Aggressive behavior, 38(2), 99-107. 


Raskin, R. N., Terry & Hall, C. S. (1988). A Principal component analysis of the narcissistic personality Inventori and futher evidence of its construct validityJournal of Personality and Social Psychology, 54, 890-902.


Ruing, Marsela Mia Indrianti. 2020. Tingkat Kecenderungan Kepribadian Narsistik (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma). Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.


Vaknin, S. (2007). Maligant Self Love, Narcissism Revisited. E.book: http://samvak.tripod.com/siteindex.html. 


Wade, Carone, dan Carol Tavris. 2007. Psychology, 9th edition, Bahasa Indonesia Language Edition . Jakarta: Penerbit Erlangga.




Post a Comment

Post a Comment