EjB3vSKmQo697EadCV9cGlL38GnDuoUNUgLqklCB
Bookmark

Mengenal Apa Penyebab dan Dampak Overthinking?

Overthinking adalah istilah yang merujuk pada orang-orang yang terlalu banyak berpikir, namun hal ini bukan berarti kita samakan dengan pemikir. Karena overthinking lebih cenderung pada hal-hal negatif, sedangkan pemikir adalah individu dalam upaya memahami atau mencari suatu solusi tertentu.

Orang overthinking dalam menghadapi suatu masalah juga cenderung tidak mencari solusi. Menurut (Petric, 2018) kondisi ini terjadi dari tidak adanya kepastian atau validasi terhadap apa yang diproses dalam pikiran. 

Mengenal apa penyebab dan dampak overtinking
Gambar. Mengenal apa penyebab dan dampak overthinking. Sumber. pixabay.com

Seringkali, kondisi itu membuat seseorang menjadi tidak terkontrol dan dapat menyebabkan gejala kecemasan. Untuk itu dalam pembahasan kali ini kita akan mengenal apa penyebab overthinking dan dampak-dampaknya. 

Penyebab Overthinking

Lantas apa saja penyebab overthingking? Menurut (Yulianti et al., 2022) Secara khusus yaitu adanya sikap pesimis, perfeksionis, dan sikap yang terlalu tertutup, membandingkan diri dengan orang lain, lingkungan yang terlalu menekan, didikan orang tua dan pengalaman masa lalu. Adapun hal ini akan diuraikan sebagai berikut:

1. Pesimis 

Ini merupakan salah satu dari emosi seseorang yang dikatakan negatif, sehingga sifat pesimis dapat menyebabkan timbulnya overthinking. Padahal sikap ini muncul biasanya pada hal-hal yang sebenarnya belum terjadi atau sedang mereka kerjakan.

Di sisi lain menurut Aulia (2021) apabila ada individu yang merasa pesimis, maka mereka akan cenderung berpikir negatif pada suatu kejadian atau peristiwa buruk yang mempunyai kemungkinan akan terjadi dan itu tidak sesuai dengan harapan mereka.

2. Perfeksionis

Berharap akan sesuatu agar bisa dikerjakan dengan hasil yang memuaskan atau sempurna, memang terlihat baik dan cukup wajar. Namun hal itu dibarengi dengan cara yang berlebihan atau harus bersikap perfeksionis, maka hal itu akan cenderung memberikan beban bagi diri sendiri dan menyebabkan overthinking.

Hal ini juga diungkapkan oleh Aulia (2021) bahwa sikap perfeksionis yang berlebihan, akan cenderung menimbulkan perasaan ketakutan akan suatu kegagalaan. Dengan begitu mereka takut membuat suatu kesalahan, yang kemudian akan membuat pikiran mereka terbebani secara berlebihan atau yang kita sebut dengan overthinking.

3. Sikap yang terlalu tertutup

Seseorang yang mempunyai sikap terlalu tertutup, cenderung membuat mereka menjadi orang yang akan memendam setiap pengalaman yang dirasakan sendirian dan tidak menceritakannya pada orang lain. Sehingga hal ini membuat mereka lebih mudah overthinking.

Hal itu memungkinkan karena memendam emosi yang dirasakan atas setiap pengalam kehidupan, sebenarnya dapat membuat mereka terbebani. Karena mereka menampung semuanya sendirian dan seringkali tidak bisa mengontrol emosi negatif yang sangat berlebihan tersebut.

4. Membandingkan diri sendiri dengan yang lain 

Salah satu penyebab seseorang mengalami overthinking menurut Aulia (2021) adalah karena mereka suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Hal ini bisa saja mereka memuat perbandingan mulai dari bentuk fisik, karir, ekonomi maupun pencapaian-pencapaian lainnya.

Kita harus mampu melihat pencapain orang lain sebagai upaya memotivasi diri sendiri, dan bukanlah membandingkannya. Karena hal itu akan memberikan kita dampak yang sangat buruk, apalagi teru-terusan menghadirkan emosi negatif dalam diri yang membuat kita overthinking.

5. Lingkungan yang terlalu menekan 

Lingkungan sekitar memang dapat mempengaruhi seseorang baik itu pikiran, perilaku serta kepribadian mereka. Baik itu dari keluarga, pertemanan maupun lingkungan sosial masyarakat lainnya dapat memberikan pengaruh pada diri individu, (Sebo et al., 2021). 

Lingkungan yang memberikan ketidaknyamanan dan kurang mendukung atau cenderung memberikan kita selalu merasa tertekan seperti sedih, takut maupun emosi negatif lainnya akan membuat kita overthinking.

6. Didikan orang tua yang terlalu mengontrol 

Penyabab overthinking lainnya yaitu bisa datang dari didikan orang tua atau pola asuh yang buruk. Menurut Eng et al., (2020) sikap orang tua yang mengontrol anaknya secara berlebihan ketika mereka melakukan sesuatu akan membuat anak menjadi tertekan

Dengan demikian perasaan anak yang merasa tertekan ini akan berpangaruh terhadap kehidupan mereka sehari-hari, sehingga membuatnya cenderung merasa cemas dan khawatir atau bersikap overthinking.

Apalagi perasaan-perasaan tersebut yang bisa saja muncul pada saat anak menghadapi suatu kondisi yang sulit atau tidak diinginkan, baik itu hal kecil maupun hal besar. Hal tersebut justru memicu memunculkan pikiran-pikiran yang berlebihan anak secara terus-menerus atau overthinking.

7. Pengalaman masa lalu yang membuat tertekan, stres, dan trauma

Penyebab seseorang mengalami overthinking salah berikutnya adalah pengalaman masa lalu seseorang. Kemudian hal membuatnya merasa tertekan, stres dan trauma yang parah serta terbawa dalam beberapa waktu yang cukup lama.

Menurut Eng et al., (2020) pengalaman buruk yang dialami seseorang di masa lalunya dan itu memberikan tekanan mental, maka mereka cenderung berpikir negatif, berlebihan atau overthinking apabila mereka juga mengalami hal yang serupa di masa sekarang dijalani.

Hal tersebut muncul karena adanya pemicu perasaan takut bahwa kejadian buruk di masa lalu itu akan terualang lagi pada masa sekarang. Faktor-faktor penyebab overthinking yang dapat dikontrol oleh indivdu adalah yang berasal dari dalam diri (internal), sedangkan faktor dari luar diri (eksterrnal) sulit untuk dikontrol. 

Cara mengontrol faktor internal adalah dengan meningkatkan kesadaran dan kebijaksanaan dalam menghadapi persoalan yang terjadi. Hal ini terdengar mudah, namun tidak semua orang dapat melakukannya karena setiap orang memiliki cara berbeda dalam menghadapi masalah dan kepribadian setiap orang juga tidak sama. 

Dampak Overtinking

Apa dampak overthinking? Apabila hal itu secara terus-menerus dalam kurun waktu yang lama dapat memicu gangguan kesehatan fisik maupun psikis. Adapun dampak-dampak overthinking menurut (Yulianti et al., 2022) dapat diuraikan, yaitu sebagai berikut:

1. Stres dan Kecemasan

Dampak overthinking salah satunya adalah menimbulkan perasaan cemas dan stres pada individu, yang bisa saja terjadi dalam waktu lama. Hal ini dapat dialami oleh siapa saja baik kaum muda maupun tua, dan di sisi lain apabila kondisi kecemasan ini terus berkepanjangan atau berlebihan justru dapat menimbulkan stres.

Di sisi lain gangguan kecemasan yang mengakibatkan stres ini juga justru akan mengalami kelelahan baik fisik maupun mental, karena memproduksi hormon adrenalin dan epinephrine apabila seseorang mengalam stres secara terus-menerus. Menurut (Desinta, Sheni; Ramdhani, 2013) mengatakan bahwa hal tersebut dapat juga menurunkan sistem imun pada individu. 

Apabila sistem imunitas ini terus menurun maka individu yang mengalaminya akan menyebabkan pertahanan tubuh cenderung melemah, yang kemudian penyakit dapat lebih mudah menyerang tubuh mereka. Sungguh dampak overthinking ini tidak bisa begitu saja diabaikan.

2. Insomnia

Insomnia adalah penyakit yang mengganggu pada pola tidur dari seseorang, di sisi lain menurut (Susilo, Yekti, 2011 dalam Hatmanti, Nety Mawarda; Muzdalifah, 2019) mengatakan bahwa insomnia adalah suatu keadaan seseorang mengalami kesulitan untuk tidur, khususnya pada malam hari.  

Overthinking dapat menimbulkan seseorang mengalami insomnia, karena mereka cenderung memikirkan banyak hal secara berlebihan pada malam hari dan itu membuat mereka kesulitan untuk tidur. Tidak hanya itu, apabila insomnia ini terus terjadi terus-menerus juga akan memberikan dampak negatif pada seseorang seperti stres dan depresi.

Menurut (Potter dan Perry, 2006 dalam Roshifanni, 2017) juga mengatakan bahwa seseorang yang mengalami insomnia, akan mempengaruhi keseimbangan baik fisiologis maupun psikologis dari pola tidur yang buruk. Kemudian hal ini juga akan berdampak pada kesehatan organ-organ tubuh seperti lesuh, lemah, kurang fokus serta memicu penyakit lainnya.

3. Sakit Kepala

Overthinking yang menyebabkan seseorang mengalami rasa cemas dan stres serta gangguan pola tidur yang disertai dengan banyak pikiran, tentu hal itu sangat berdampak pada sakit kepala. Kondisi ini bisa saja terjadi karena adanya ketegangan pada area kepala, yang kemudian berpengaruh pada bagian fisik lainnya seperti leher, dahi sampai dengan bahu dan membuat mereka tidak merasa nyaman.

4. Gangguan Sistem Pencernaan 

Overthinking selain memberi dampak sebagaimana di sebutkan pada pembahasan sebelumnya, sebenarnya sangat mempengaruhi gangguan pencernaan pada penderitanya. Hal ini terjadi karena perasaan cemas, stres, insomnia, dan sakit kepala juga mengganggu pola makan seseorang.

Individu yang mengalami overthinking seringkali menurunkan nafsu makan, yang kemudian cenderung sedikit ketika makan. Sehingga hal ini akan memberikan stimulus atau berdampak pada asam lambung, yang kemudian mengganggu sistem perncernaan mereka.

Tidak hanya gangguan pola makan yang sedikit, maksud lain dari ini adalah seseorang bisa saja memiliki pola makan yang banyak tapi dilakukan ssecara berlebihan. Kemudian hal ini juga dapat mengganggu pencernaan dan dapat menimbulkan penyakit lain seperti obesitas. 

5. Hipertensi dan Penyakit Jantung 

Hipertensi adalah suatu bentuk gangguan pada tekanan darah tinggi dan bersifat abnormal yang diberikan dengan skala sistolik, yaitu lebih dari 140 mmhg  serta diastolik yang lebih dari 90 mmhg. Hal ini disebabkan oleh beragam faktor yaitu seperti konsumsi makanan, pola tidur, kebiasaan merokok serta kurangnya aktivitas pada fisik.

Selain penyebab yang disebutkan tersebut hipertensi juga disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan stres, pikiran yang berlebihan atau disebut dengan overthinking. Kemudian hal ini juga yang dapat membuat sistem pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap vasokonstrikor. 

Menurut (Dipiro, et al., 2008 dalam Florensia, 2016) hal itu juga akan merangsang pemembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, artinya vasokontriktor tersebut yang lebih kuat. Kemudian nantinyaakan  merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal, dan ini merupakan hormon penyebab retensi natrium serta air dari tubulus ginjal. Seingga meningkatkan volume intravaskuler dan kemudian timbulnya hipertensi.

Dampak hipertensi atau tekanan darah yang tinggi akan cenderung membuat kinerja dari jatung lebih berat untuk memompa darah, yang kemudian dapat menimbulkan penyakit lain seperti jantung dan stroke.

Referensi

Aulia, I. 2021. Bibliotherapy untuk Mengatasi Overthinking Seorang Pemudi di Desa Jombatan Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang. In Industry and Higher Education (V ol. 3, Issue 1). 


Desinta, Sheni; Ramdhani, N. 2013. Terapi Tawa untuk Menurunkan Stres pada Penderita Hipertensi. Jurnal Psikologi, 40(1), 15–27. 


Eng, P., Ming, C. Y., Peng, C. S., & Abdullah, M. H. R. O. 2020. Think + Think + ... Think= Overthinking. 1, 45–51. 


Florensia, A. 2016. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Tangerang dengan Metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose pada Tahun 2015. In Analisa. 


Petric, D. 2018. Emotional knots and overthinking.


Yulianti, Ni Made Riska et al. 2022. Pranayama Nadi Sodhana Untuk Meredakan Overtinking. Jurnal Maha Widya Duta. Vol 6. No. 1.

Roshifanni, S. (2017). Risiko Hipertensi pada Orang dengan Pola Tidur Buruk. 4, 408–419.


Sebo, T. A. R., Gratia, D. J., Megarina, Y., Lopuhaa, F. A., & Lara. 2021. Pandangan masyarakat terhadap overthinking dan relasinya dengan teori Rational Emotive Brief Therapy. PsyArXiv Preprints, 1(1), 1–16. 

Post a Comment

Post a Comment