Pernah mendengar kata idiot? Mungkin ada dari kita yang juga pernah di sebut seperti itu. bahkan kata itu dihubungkan dengan IQ seseorang yang rendah (di bawah 20%) dan menunjukan term idiot kepada orang bodoh. Term itu banyak digunakan orang dalam kehidupan sehari-hari yang bahkan para politisi ada yang menggunakannya. Lantas benarkah begitu?
Gambar. Evolusi kata idiot. Sumber. pixabay.com |
Mengenai hal itu, ada baiknya kita melihat asal kata itu dari aspek historis, lalu bagaimana dan dalam konteks apa kata idiot digunakan sejauh perjalanan sejarah hingga hari ini. Lene Rubinstein seorang profesor sejarah kuno dan spesialis dalam hukum Yunani kuno di Royal Holloway, Universitas London. Mencoba memeriksa kata idiot yang berasal dari Yunani; idiotes, yang mulanya semakna dengan kata polites (warga polis) yang kemudian mengalami perubahan.
Asal-Usul Kata Istilah Idiot
Untuk memahami kata idiotes ada pentingnya melihat kondisi sosio-politik Yunani Klasik, sebab dalam perkembangan pemikiran mereka punya keterkaitan erat dengan politik. Maka dari itu sebelum membahas kata idiotes lebih jauh, agar kiranya kita memahami kata polis.
Mogens Herman Hansen dalam (Suryajaya: 2016) mengatakan bahwa ”Mustahil bagi orang Yunani untuk berpikir, berbicara, menulis apapun tentang masalah publik tanpa terus-menerus menggunakan kata polis.” Tegasnya lagi Martin Suryajaya mengatakan, karena orang Yunani Klasik sendiri selalu berpikir tentang politik dalam kerangka polis.”
Maka dari itu penggunan kata idiotes berhubungan dengan kondisi sosio-politik masyarakat Yunani Klasik, sehingga perlu kirannya kita mengerti juga dengan kata polis. Menurut Hansen dalam Suryajaya (2016), “Kata polis secara etimologis terhubung dengan kata pur dalam bahasa India Kuno, pilis dalam bahasa Lithuania dan kata pils dalam bahasa Latvia.”
Dalam ketiga bahasa Kuno kata itu berarti “benteng” atau “kastil” yang mirip dengan kata akropolis dalam bahasa Yunani Kuno. Namun kata itu bila dimengerti sebagai “pemukiman” atau wilayah geografis tempat hidupnya masyarakat, maka pengertian kota lebih dekat dengan “polis”yang berasal dari kata “pur” dalam bahasa India Kuno yang berarti “kota”.
Dalam sejarah Yunani Kuno kata idiotes digunakan dalam menyusun warga polis (polites). Ada beberapa hal yang menjadi kata itu dipakai dan nantinya akan berubah makna, yakni untuk menandai modus artikulasi politik atau persoalan keresmian tindakan dan ucapan ketika mengelola polis, yang menyangkut perbedaan kata polis dengan arkhon (Hakim).
Itu terjadi dalam pengelolaan keseluruhan warga polis yang oleh arkhon di sebut sebagai warga terpilih, dan setiap tindakan/ucapan itu bersifat resmi serta dipercaya sebagai warga pilihan untuk mengelola polis, sedangkan kata idiotes tindakan/ucapan dan keputusannya bersifat tidak resmi.
Perubahan makna kata idiotes itu berubah manakala kemunculan kaum orator (rhetor) telah mendominasi panggung politik dalam perkembangan sejarah Yunani Kuno. Pada awalnya kaum orator adalah idiotes, namun mereka memiliki keahlian berpidato yang sangat mempengaruhi massa.
Sehingga kaum orator yang pada awalnya adalah idiotes menjadi deibedakan karena ia memiliki kepiawaian dalam berbicara daripada idiotes pada umumnya. Dengan itu kata idiotes berubah menjadi “orang awam” atau tidak punya keahlian dalam forum-forum resmi.
Penggunaan Kata Idiot Pada Masa Sekarang
Dalam perkembangan pemikiran sejarah Yunani Klasik yang tidak lepas dengan cara bagaimana mereka mengatur kehidupannya itu selalu berkaitan dengan kondisi sosio-politik, yang bahkan banyak merubah banyak istilah dan cara berpikir mereka. Seakan faktor politik banyak mempengaruhi keadaan itu.
Seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sekarang ini, kata idiot selalu diidentikan dengan orang yang bodoh, IQ-nya lemah. Padahal kata itu awalnya bermakana sama dengan warga lainnya dalam sejarah Yunani Kuno, hanya saja kata itu membedakan mereka dengan orang-orang yang mempunyai keahlian lebih semacam lisensi dalam berbicara di forum-forum resmi.
Sepertinya terjadi dalam ruang politik, para politisi zaman sekarang juga pernah menggunakan kata idiot, misalnya Amad Dhani yang juga seorang musisi sekaligus politisi, pernah mengeluarkan kata idiot ketika ia didatangi banyak pendemo pada saat berkunjung ke Surabaya, dalam deklarasi #2019Gantipresiden.
Ia menganggap aneh terhadap pendemo yang seharusnya demo kepada pemerintah malah mendemo oposisi seprti dirinya “Ini yang mendemo, yang demo ini yang membela penguasa. "Lucu, lucu. Ini, ini idiot-idiot ini, idiot-idiot ini. Mendemo, mendemo orang yang tidak berkuasa," ucap Dhani ( sumber: Detiknews, 26/08/2018).
Apa yang dimaksud idiot dalam perkataan itu masih sama maknanya dengan idiotes yang digunakan dalam sejarah Yunani Klasik?, yang jelas kata itu telah berubah maknanya sejak kemunculan kaum orator (rhetor) dalam panggung politik Yunani.
Dalam panggung politik banyak istilah yang dipakai dan dipoles demikian rupa sehingga pemaknaan atas kata itu telah berubah makna. Sepertinya ketika kita mencoba menggunakan suatu kata atau istilah asing, alangkah baiknya kita memahami bagaimana dan dalam konteks apa kata itu di gunakan. Agar kita tidak menjadi orang yang telah memperkosa makna dari setiap kata.
Referensi
Suryajaya, Martin. 2016. Sejarah Pemikiran Politik Klasik: dari Prasejarah Hingga Abad ke-4 M. ( Serpong, Tanggerang Selatan: Marjin Kiri 2016 ). Hal. 47.
Post a Comment