Dunia perguruan tinggi, merupakan sebuah aktivitas belajar mengajar yang mempunyai tahapan pembelajaran dengan harapan dapat memberikan kontribusi bagi suatu bangsa. Dengan adanya Universitas-universitas yang menampung dan mendidik dengan tuntutan Tri Dharma perguruan tinggi yakni, pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian pada masyarakat.
Gambar. Mahasiswa Organisasi Dan Sesat Pikirnya. Sumber. pixabay.com |
Mahasiswa adalah manusia sebagai makhluk sosial
Sebagaimana mahasiswa yang diikut sertakan dalam proses pendidikan sebagai peserta didik dalam hal ini mempunyai suatu kewajiban untuk dapat mencapai beberapa tuntutan itu, maka mahasiswa dengan peran dan fungsi sebagai generasai perubahan (Agent Of Change), generasi pengontrol (Social Control), generasi penerus (Iron Stock) dan gerakan moral (Moral Force) adalah makna yang harus dikandungnya untuk selalu berkontribusi.
Tidak dapat di pungkiri bahwa mahasiswa adalah garda terdepan dalam kemajuan bangsa, akan tetapi memerlukan suatu instrumen perjuangan yang dapat menopang dalam proses pendidikan yaitu, organisasi. Mahasiswa dengan ini dapat belajar mengaktualisasikan diri dengan adanya organisasi, karena untuk dapat mencapai perubahan haruslah teroganisir dengan baik.
Agar dapat mencapai tujuan yang di inginkan secara individu maupun bersama. Sebagaimana Stephen P. Robbins dalam Khaerul Umam ( 2012 ), mengatakan bahwa “organisasi adalah sistem yang terdiri atas pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan”.
Sebagaimana pengertian di atas seharusnya dimengerti dengan kedudukan sebagai mahasiswa yang mempunyai kesadaran dalam keadaan sosial dengan kepekaan, maka dibutuhkan kerja sama sebagai tujuan untuk suatu perubahan, yakni sebagai manusia berpendidikan adalah mahasiswa yang mempunyai tahapan pendidikan tinggi dan mengabdi di kehidupan sosial.
Homo homini socius merupakan penegasan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan dirinya dari kehidupan berkelompok dan bermasyarakat, yakni tidak terlepas dalam kehidupan berorganisasi.
Pergeseran paradigma mahasiswa
Saat ini seringkali terjadi persepsi yang salah dalam sebagian mahasiswa ketika melihat berbagai bentuk-bentuk perjuangan dari organisasi mahasiswa, yang seringkali dikatakan sebagai orang-orang yang membuka aib lewat demonstrasi dan sering membuat keributan, keonaran dan mengganggu kenyamanan orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, di ruang lingkup kampus telah terlihat akan adanya pergeseran pola pikir yang semakin pragmatis dan hedonis, yakni mempunyai sikap acuh tau yang lebih mengutamakan kenikmatan dan kepentingan pribadi belaka.
Sehingga hal ini membuat mahasiswa tak lagi mempunyai minat untuk berorganisasi atas pengaruh argumen-argumen liar yang berkembang di tengah masyarakat maupun di kampus. Misalnya, ada sebuah perkataan kegiatan belajar di saat perkuliahan bahwa di saat menjadi mahasiswa dalam suatu perguruan tinggi, tak usahlah berorganisasi karena hanya akan menghambat aktivitas belajar.
Hal ini karena mereka melihat beberapa mahasiswa di sekitar mereka yang terganggu perkuliahannya dan di klaim sebagai pengaruh dari organisasi, padahal tidak semua mahasiswa yang terganggu perkuliahannya itu di akibatkan oleh organisasi, sebab ada sebagian yang tidak berorganisasi pun juga bermasalah dalam perkuliahan, begitupun sebaliknya.
Argumen seperti ini mirip dengan apa yang Jalaluddin Rakhmat sebut sebagai “Fallacy Of Dramatic Instance”yakni, sesat pikir dari penilaian menggunakan sebagian kasus saja untuk mendukung pendapat yang bersifat umum, dan sering juga di sebut over generalisation. Oleh karena itu mengenai menghambatnya perkuliahan tentunya tergantung pada pribadi masing-masing.
Tidak ada alasan untuk tidak berorganisasi
Dalam hal ini sudah tentu mengalami kesalahan berfikir dalam memandang suatu proses belajar, karena mestinya di sadari bahwa kita hendak menempuh pendidikan di suatu Universitas pun, saat ini juga berada dalam roda organisasi yang terorganisir secara baik.
Lihatlah susunan struktur mulai dari rektor, dekan, sampai pada ketua jurusan. Bahkan sampai pada ketua tingkat dalam mengorganisir mahasiswa di setiap kelas dalam proses belajar. Telah disadari bahwa setiap Universitas didalamnya terdapat organisasi internal seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Himpunan Program Studi (HIMAPRO), yang dapat membantu visi dan misi suatu Universitas.
Lagi pula organisasi kemahasiswaan seperti itu dapat membantu mahasiswa mengembangkan diri dalam belajar dan memberikan kontribusi bagi Universitas maupun bangsa sebagaimana dengan peran dan fungsi mahasiswa.
Selain dari pada itu untuk menunjang generasi bangsa dengan instrumen pendidikan dan sebagai organisasi mahasiswa telah menjadi harapan. Di samping organisasi internal kampus ada pula organisasi eksternal yang selalu berkontribusi dari dunia pendidikan di dalam kampus untuk kemajuan suatu bangsa sebagai generasi terdidik.
Misalnya, Himpunan Mahasiswa Islam(HMI) suatu organisasi besar yang berdiri pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 februari 1947 yang berazaskan Islam, berstatus sebagai organisai mahasiswa dan berfungsi sebagai organisasi kader.
Dalam hal ini sudah seharusnya mahasiswa yang beragama Islam turut menjadi kader HMI, sebagamana ingin menjadi generasi muslim yang terdidik maka wadah HMI bisa menjadi tempat penggemblengan demi terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala.
Oleh karena berorganisasi dapat menjadi nilai tambah bagi mahasiswa, khususnya yang beragama islam maka HMI hadir di ruang lingkup kampus untuk mengasah jiwa kepemimpinan dalam menopang pencarian jati diri dari mahasiswa dan peka terhadap keadaan sosial.
Maka dari itu setiap mahasiswa tidak punya alasan lagi untuk tidak berorganisasi, khususnya mahasiswa manajemen yang hari-harinya setiap perkuliahan belajar tentang teori organisasi sebagaimana fungsi-fungsi manajemen yakni, perencanaan ( Planning ), pengorganisasian ( Organizing ), pengarahan ( Actuating ) dan pengendalian ( Controlling ).
Oleh karena itu duduk diam di kelas dan belajar mengenai teori organisasi tidak banyak menghasilkan sesuatu tanpa langsung terjun dalam wadah organisasi dan ikut serta dalam belajar mengambil keputusan.
Untuk itu di HMI yang berfungsi sebagai organisasi kader, akan membentuk wawasan mahasiswa untuk membuka cakrawala pengetahuan dalam kehidupan sebagai mahasiswa muslim. Lagi pula berorganisasi dapat memperluas silaturahmi sebagaimana ajaran Islam untuk selalu menjaga tali silaturahmi, dan di HMI kita berteman lebih dari saudara.
Post a Comment